Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/12/2013, 12:10 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com-Bagi sebagian orang, lagu mungkin hanyalah sebaris lirik yang dinyanyikan dengan indah. Begitu juga dengan penampilan penyanyi yang membawakannya.

Namun bagi sebagian lainnya terutama remaja, lagu dan penampilan penyanyinya bisa menyihir dan mengubah perilaku mereka. Penampilan penyanyi dan lagu-lagu yang dinamis misalnya, membuat mereka lebih bersemangat.

Demikian halnya yang dialami tiga pelajar sekolah menengah atas asal Bogor bernama Adit, Fikri, dan Syarif. Remaja tanggung usia 15 tahunan tersebut mengakui, sebuah lagu mampu mengubah mood keseharian mereka. Apalagi saat mereka mendengarkan lagu milik salah satu girlgroup yang tengah naik daun dengan banyak anggota.

"Saya sukanya lagu Fortune Cookie. Enak banget didenger," kata Adit yang disambut anggukan dua temannya. Adit mengaku, lagu tersebut seperti memberinya harapan dan semangat.

Ketiga remaja pria yang berasal dari sekolah dan kelas yang sama tersebut mengatakan, mereka baru 2 bulan menaruh hati pada girlgroup tersebut. Awalnya mereka hanya kerap mendengar dari teman, yang kebetulan mengunduh lagu milik girlgroup tersebut. Ketiganya juga kerap melihat penampilan girlgroup tersebut di layar kaca.

"Dari situ akhirnya mulai suka. Kita sekelas ada 8 orang yang suka dan semuanya cowok. Dari kelas lain juga ada. total yang suka di satu sekolahan kita nggak tahu," kata Adit.

Walaupun suka terhadap grup yang sama, ternyata mereka memiliki personel favorit yang berbeda. Adit misalnya, lebih suka personel yang merupakan warga Jepang asli. Fikri lebih menyukai personel dengan wajah asli Indonesia namun sangat cute. Sedangkan Syarif memilih yang, menurutnya, memiliki sedikit garis Arab seperti dirinya.

Kendati begitu ketiganya sepakat, penampilan fisik yang apik dan menarik menjadi penyebab mereka menyukai girlgroup tersebuut, "Jelaslah, soalnya cakep, imut lagi, kita kan cowok. Seneng aja kalau lihat mereka. Ini juga pertama kalinya kita suka girlgroup tadinya nggak suka," kata Adit.

Hal senada dilontarkan Khoirunnisa atau Nisa (14). Siswa sekolah menengah pertama ini juga menyukai penampilan personel yang umumnya berimage cute, manis, dan enerjik. Nisa bahkan sudah 1 tahun menyukai girlgrup yang memiliki teater sendiri di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta ini.

Nisa mengatakan, tadinya dia tidak meyukai girlgroup ini dan memfavoritkan grup lain. "Tapi grup yang itu penampilannya nggak ada perubahan jadinya bosen. Kalau grup yang ini lebih enerjik dan nggak kalah cantik," ujarnya.

Sama seperti Adit dan kedua temannya, Nisa merasa lebih bersemangat mendengar dan melihat penampilan girlgroup ini. Nisa memilih single berjudul Musim Panas Sounds Good sebagai lagu favoritnya. Irama yang dinamis membuat mood pelajar kelas 9 tersebut lebih baik saat menjalani hari. Walau lagu tersebut dinyanyikan dalam berbahasa Inggris dan butuh waktu untuk memahami liriknya.

Nisa menunjuk salah satu personel berwajah oriental dan berpenampilan imut sebagai favoritnya. Nisa juga mengungkapkan harapan ingin memiliki wajah dan kemampuan bernyanyi seperti idolanya. "Pengen kaya gitu. Tapi kayanya nggak bisa ya. Cukup ngefans aja kayanya," kata Nisa sambil tersenyum.

Enak dilihat

Penampilan fisik ternyata menjadi syarat lain pengidolaan remaja pada suatu girlgroup. Lagu yang enak didengar ternyata tak cukup mengundang, bila tak memiliki penampilan yang apik. Bahkan penampilan, menjadi kunci bagi lagu girl group tersebut untuk disukai remaja.

"Sebetulnya hal ini sesuai sifat remaja, yang lebih menyukai sesuatu yang enak dipandang. Remaja memang belum bisa berfikir panjang terhadap efek  pengidolaan pada tokoh atau girlgroup. Asal enak dilihat maka tak ada masalah," kata psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT-UI), Indri Savitri.

Terkait pengidolaan ini, Indri menyarankan orangtua mampu mengarahkan anak remajanya. Anak harus mampu menyerap nilai positif dari para idola, dan mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari.

Pencarian jati diri

Usia remaja merupakan puncak pencarian identitas diri. Di usia 13-18 tahun ini, remaja mengidentifikasi diri lewat lingkungan sekitar. "Adanya tokoh idola akan memperluas pengetahuan remaja tentang karakter atau sifat yang ingin dibentuk. Idola sekaligus membuka batasan anak," kata psikolog Roslina Verauli.

Batasan yang dimaksud adalah merangsang anak untuk mengerahkan kemampuan terbaiknya sehingga bisa seperti sang idola. Dengan cara ini anak terbiasa bekerja keras mencapai harapannya. Anak juga memiliki gambaran diri yang ideal sesuai standarnya.

Tentunya harapan ini tak boleh sampai mematikan karakter anak. "Jangan sampai anak benar-baner ingin seperti idolanya. Orangtua harus membatasi supaya hanya nilai positif saja yang diserap anak," kata Roslina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com