Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Kebiasaan Buruk Ada Manfaatnya untuk Kesehatan

Kompas.com - 11/11/2015, 07:35 WIB

KOMPAS.com - Mulai dari menggigit kuku hingga mengetuk-ngetuk meja, sejak dulu selalu dianggap sebagai kebiasaan buruk. Tapi, baru-baru ini penelitian menunjukkan, beberapa kebiasaan buruk yang mengganggu tersebut tak disangka justru memberi manfaat kesehatan. Berikut beberapa kebiasaan yang dicap buruk tetapi bermanfaat:

  • Bicara asal

Keele University mengungkap bahwa berjanji atau bersumpah pada saat terluka, menjadi senjata ampuh untuk mengurangi rasa sakit.

Dr. Richard Stephens, pemimpin penelitian ini, menyatakan, dalam penelitiannya, relawan yang sering berbicara asal atau bersumpah, bisa menahan rasa sakit hingga 50% lebih lama. Ini terjadi karena ketika bersumpah, tubuh melepaskan zat penghilang rasa sakit (endorphin).  

 

  • Tidak membersihkan tempat tidur

Tahukah Anda bahwa ada 1,5 juta tungau debu bersarang di tempat tidur? Tungau debu adalah hewan mikro yang memakan kulit mati manusia.

Kasur, selimut, dan bantal menjadi tempat berkumpulnya sel kulit dan tempat berkembang biak tungau debu karena lingkungannya yang lembab.

Tungau debu menjadi pemicu utama munculnya penyakit asma dan alergi. Seorang ahli dari Kingston University, Dr. Stephen Pretlove mengatakan, tidak merapikan tempat tidur pada siang hari akan menghilangkan kelembaban pada seprai dan kasur, sehingga tungau debu akan mati.

 

  • Bergosip

Penelitian dari Stanford University mengungkapkan, bahwa bergosip bisa meningkatkan kekompakan dalam sebuah kelompok.

Penelitian ini diuji dalam sebuah permainan yang melibatkan 216 relawan yang dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat suatu keputusan.

Sebelum ke babak berikutnya, salah satu grup dipersilakan untuk membicarakan grup yang lain. Hasilnya, menurut Matthew Feinberg, partisipan yang menggosipkan kelompok lain lebih kompak ketimbang mereka yang tidak.

 

  • Tidak membersihkan debu

Bayi yang terpapar debu dapat meminimalisir pengembangan alergi saat dewasa. Riset dari Southampton Respiratory Biomedical Research Unit mengungkapkan bahwa memberikan bayi riwayat alergi adalah sesuatu yang baik.

Bayi yang terkena alergi di usia 6 - 8 bulan akan menurun 63%. "Meskipun tungau debu menjadi penyebab utama asma dan alergi, menggunakan alergen yang sama dalam bentuk cairan atau imunoterapi dapat mengurangi reaksi tubuh yang berlebih akan debu, tapi juga alergen yang lain" kata Prof. Hasan Arshad.

 

  • Bau badan

Tidak semua bau badan itu buruk. Menurut ilmuwan di Universitas Exeter, orang yang berbau badan memiliki risiko yang lebih kecil terkena penyakit, terutama kanker.

Bau menyengat yang dihasilkan tubuh itu adalah hidrogen sulfida yang dilepaskan ketika bakteri usus mencerna makanan.

Dr. Mark Wood mengatakan, hidrogen sulfida juga bisa menjadi penangkal berbagai penyakit. Sayuran seperti brokoli dan kubis dikenal sebagai makanan untuk melindungi tubuh dari kanker dan memiliki aroma yang tajam.

Pun demikian dengan kacang-kacangan yang dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan kanker. (Muthia Zulfa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com