Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Atasi Kesedihan dan Kekecewaan di Tengah Situasi Pandemi

Kompas.com - 14/05/2020, 20:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan banyak orang. Tak hanya rutinitas harian, interaksi sosial pun turut berubah sehingga turut mempengaruhi kondisi mental kita.

Itu sebabnya, situasi saat ini juga membuat banyak orang merasakan kesedihan mendalam.

Kesedihan adalah respons alami terhadap kehilangan, baik itu kehilangan orang yang dicintai atau hilangnya hal-hal normal yang biasa kita lakukan.

Menurut psikolog dari Cleveland Clinic, Amy Sulivan, kesedihan semacam itu adalah hal yang wajar dirasakan banyak orang di tengah kondisi saat ini.

"Banyak orang mengalami kekecewaan karena rasa kehilangan tersebut. Itu hal yang wajar karena kita butuh proses untuk menerima perubahan ini," ucapnya.

Baca juga: Kecemasan Bisa Memicu Rasa Gatal Pada Kulit, Kok Bisa?

Lalu, bagaimana menghadapi semua rasa yang menyulitkan itu di tengah situasi yang serba tidak pasti ini?

Tahapan kesedihan manusia

Ketika merasakan kesedihan, respon manusia biasanya terdiri dalam beberapa tahapan seperti berikut:

  • penyangkalan
  • marah
  • menawar
  • putus asa
  • penerimaan.

Tahapan tersebut tidak selamanya dilalui secara runtut. Tahap kesedihan yang dirasakan seseorang bisa acak atau teratur.

"Perasaan kita bisa berubah setiap hari, atau bahkan setiap jam," ucap Sulivan.

Jadi, hal yang normal jika kita merasa putus asa pada hari ini dan berubah menjadi marah hanya dalam hitungan jam.

"Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengenali bahwa gelombang emosi yang terjadi dalam diri kita adalah hal normal," kata Sullivan.

Untuk mengatasi gejolak emosi tersebut, yang perlu kita lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri.

Berikut tips berdamai dengan diri sendiri untuk mengatasi kesedihan:

1. Temukan penyebabnya

Ada banyak hal yang bisa memicu kesedihan dalam diri. Bisa jadi, hal itu karena seseorang yang Anda kenal sakit COVID-19, kehilangan pekerjaan, atau hilangnya interaksi sosial yang biasa kita lakukan.

“Itu semua adalah hal yang sangat menyedihkan dan sulit untuk diterima banyak orang,” kata Dr. Sullivan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com