KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan banyak orang. Tak hanya rutinitas harian, interaksi sosial pun turut berubah sehingga turut mempengaruhi kondisi mental kita.
Itu sebabnya, situasi saat ini juga membuat banyak orang merasakan kesedihan mendalam.
Kesedihan adalah respons alami terhadap kehilangan, baik itu kehilangan orang yang dicintai atau hilangnya hal-hal normal yang biasa kita lakukan.
Menurut psikolog dari Cleveland Clinic, Amy Sulivan, kesedihan semacam itu adalah hal yang wajar dirasakan banyak orang di tengah kondisi saat ini.
"Banyak orang mengalami kekecewaan karena rasa kehilangan tersebut. Itu hal yang wajar karena kita butuh proses untuk menerima perubahan ini," ucapnya.
Baca juga: Kecemasan Bisa Memicu Rasa Gatal Pada Kulit, Kok Bisa?
Lalu, bagaimana menghadapi semua rasa yang menyulitkan itu di tengah situasi yang serba tidak pasti ini?
Ketika merasakan kesedihan, respon manusia biasanya terdiri dalam beberapa tahapan seperti berikut:
Tahapan tersebut tidak selamanya dilalui secara runtut. Tahap kesedihan yang dirasakan seseorang bisa acak atau teratur.
"Perasaan kita bisa berubah setiap hari, atau bahkan setiap jam," ucap Sulivan.
Jadi, hal yang normal jika kita merasa putus asa pada hari ini dan berubah menjadi marah hanya dalam hitungan jam.
"Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengenali bahwa gelombang emosi yang terjadi dalam diri kita adalah hal normal," kata Sullivan.
Untuk mengatasi gejolak emosi tersebut, yang perlu kita lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri.
Berikut tips berdamai dengan diri sendiri untuk mengatasi kesedihan:
Ada banyak hal yang bisa memicu kesedihan dalam diri. Bisa jadi, hal itu karena seseorang yang Anda kenal sakit COVID-19, kehilangan pekerjaan, atau hilangnya interaksi sosial yang biasa kita lakukan.
“Itu semua adalah hal yang sangat menyedihkan dan sulit untuk diterima banyak orang,” kata Dr. Sullivan.
Setelah mengidentifikasi penyebabnya, yang perlu kita lakukan adalah merasakan emosi dalam diri.
Apakah kita merasa kewalahan, marah, cemas atau putus asa, identifikasi apa yang kita rasakan dan beri nama emosi tersebut.
"Memang sangat sulit untuk mencoba mengenali emosi yang kita rasakan dan berusaha menormalkannya," kata Sulivan.
Sullivan menyarankan meluangkan waktu lima menit untuk merasakan emosi tersebut.
Setelah itu, lakukan hal positif yang membantu kita itu untuk melakukan koping atau mengurangi gejolak emosi tersebut.
"Penting bagi kita untuk menerima apa yang kita rasakan saat ini dan memprosesnya. Setelah itu, kita harus melakukan hal positif untuk mengatasinya," katan Sulivan.
Baca juga: Waspadai, Bahaya di Balik Nikmatnya Gorengan
Setiap orang memiliki mekanisme koping yang berbeda dalam menangani emosi dalam dirinya.
Namun, mekanisme koping yang umum dilakukan biasanya sebagai berikut:
Jika tidak bisa menemukan cara terbaik untuk menagani perasaan diri senduiri, Sulivan menyarankan agar kita segera mencari bantuan profesional kesehatan mental.
Tetap terhubung dengan orang lain adalah cara paling ampuh untuk mengatasi masa sulit.
Kita bisa terhubung dengan orang lain dalam berbagai cara, baik itu berupa obrolan video atau mengirim surat.
Banyak profesional kesehatan mental dan perilaku terlatih juga mengunjungi pasien melalui kunjungan virtual di masa pandemi ini.
Jadi, kondisi saat ini bukan halangan untuk Anda mendapatkan bantuan profesional.
Ketika ada begitu banyak ketidakpastian tentang masa depan, kita mudah sekali hanyut dalam pikiran negatif. Padahal, hal ini bisa membuat kita merasa cemas dan takut.
Daripada menyiksa pikiran dengan hal-hal yang belum pasti atau tidak bisa kita kendalikan, sebaiknya kita berfokus pada apa yang bisa kita lakukan atau kita kontrol saat ini.
Misalnya, kita dapat memilih apa yang kita konsumsi dan berapa banyak paparan berita yang kita dapatkan. Tetap fokus pada masa kini akan membuat pikiran kita lebih tenang.