KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat postur badan seseorang yang condong atau miring ke kanan atau kiri? Atau mungkin merasakan salah satu bahu Anda sepertinya jauh lebih tinggi ketimbang sisi yang lain?
Kemungkinan kondisi tersebut adalah skoliosis.
Penyebab skoliosis tentu beragam. Terlalu sering memikul tas berat, duduk dengan posisi yang buruk, atau faktor keturunan diduga dapat menimbulkan skoliosis.
Baca juga: Skoliosis
Namun, apa itu skoliosis?
Melansir Mayo Clinic, skoliosis adalah kelainan pertumbuhan atau perubahan lekukan tulang belakang yang membengkok ke kiri atau kanan.
Mengutip Orthoinfo, skoliosis sering didiagnosis pada anak-anak remaja umur 10-18 tahun yang masih dalam masa pertumbuhan atau biasa disebut dengan Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS).
Disebut sebagai idiopathic karena tidak ada penyebab pasti akan kondisi di rentang umur ini.
Kondisi ini dianggap sebagai multi faktor. Dengan kata lain, faktor sebabnya berbeda-beda untuk setiap penderita.
Meskipun tidak diketahui sebab pasti dari skoliosis pada kasus AIS, studi mengetahui bahwa skoliosis kerap kali didiagnosis pada pasien perempuan.
Menilik jurnal PubMed mengenai diagnosis dan manajemen AIS, remaja perempuan 10 kali lebih berisiko untuk mengembangkan AIS dibandingkan laki-laki.
Tidak hanya itu, lekukan lebih dari 30 derajat memiliki prevalensi 10 kali lebih tinggi pada perempuan.
Lalu mengapa perempuan lebih banyak yang mengalami skoliosis ketimbang laki-laki?
Meskipun belum diketahui sebab pastinya, melansir Scoliosis Reduction Center, para ahli memiliki beberapa teori yang paling umum dan dapat diterima.
Baca juga: 3 Cara Atasi Nyeri Akibat Skoliosis
Berikut ini adalah beberapa teori terjadinya fenomena tersebut:
Teori ini menghubungkan pertumbuhan skoliosis idiopathic pada remaja, terutama perempuan, dengan fungsi sistem saraf otonom tubuh atau autonomic nervous system (ANS).