Dokter Spesialis Ortopedi. Mayapada Hospital Bogor BMC. www.mayapadahospital.com
KOMPAS.com - Skoliosis merupakan kondisi tulang belakang melengkung ke satu sisi.
Normalnya, jika dilihat dari belakang tulang belakang akan terlihat lurus.
Namun, pada skoliosis menyebabkan tulang belakang melengkung, seperti huruf “C” atau “S.”
Baca juga: Ciri-ciri Skoliosis pada Anak-anak dan Dewasa
Kelengkungan dapat terjadi pada bagian tulang belakang mana pun, tetapi umumnya terjadi pada tulang belakang bagian atas dan punggung bawah.
Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk bayi. Namun, lebih sering ditemukan pada anak-anak usia remaja, yaitu sekitar usia 10 sampai 15 tahun.
Sebagian besar kasus skoliosis ringan, tetapi seiring bertambahnya usia lengkungan tulang punggung dapat memburuk dan berkembang menjadi lebih parah.
Skoliosis yang parah dapat menyebabkan penderita mengalami gangguan jantung, paru-paru, atau kelemahan pada tungkai.
Maka dari itu, diperlukan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi skoliosis.
Mengutip WebMD, terdapat empat jenis skoliosis, yaitu:
Merangkum WebMD dan Healthline, gejala skoliosis dapat bervariasi sesuai dengan tingkat keparahannya. Berikut beberapa gejala umum dari skoliosis:
Baca juga: Bagaimana Cara Mencegah Skoliosis?
Dirangkum dari WebMD dan National Health Service, penyebab skoliosis dibedakan sesuai dengan jenisnya, yaitu:
Merupakan jenis skoliosis yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya sehingga tidak dapat dicegah. Sekitar 80 persen penderita skoliosis termasuk dalam kategori ini.
Skoliosis disebabkan karena proses pembentukan tulang belakang yang tidak sempurna atau tidak tumbuh normal sejak bayi berada di dalam kandungan.
Skoliosis yang disebabkan oleh kelainan pada sistem saraf atau otot, seperti cerebral palsy, spina bifida, dan distrofi otot.
Baca juga: Jenis Olahraga Terbaik untuk Atasi Skoliosis
Jenis skoliosis yang disebabkan karena kerusakan atau keausan tulang belakang yang terjadi secara perlahan seiring bertambahnya usia.
Mengutip Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami skoliosis, yaitu:
Merangkum Medical News Today dan Healthline, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada tulang belakang, tulang rusuk, pinggul, dan bahu.
Penderita akan diminta untuk berdiri atau membungkuk selama pemeriksaan fisik untuk melihat kelengkungan pada punggung.
Dengan bantuan alat yang disebut scoliometer, dokter dapat mengukur derajat skoliosis. Sudut yang lebih besar dari 10 derajat menunjukkan skoliosis.
Baca juga: 3 Komplikasi akibat Skoliosis yang Tak Bisa Disepelekan
Selain itu, dokter juga akan melakukan tes pencitraan, seperti:
Mengutip American Association of Neurological Surgeons, penanganan skoliosis akan disesuaikan dengan tingkat keparahan lengkungan tulang belakang.
Dokter juga akan menyesuaikan metode penanganan dengan usia dan jenis skoliosis yang diderita.
Berikut beberapa metode penanganan skoliosis:
Pada kasus skoliosis ringan atau derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu 25 derajat pada tulang yang masih tumbuh dan 50 derajat pada tulang yang tidak lagi bertumbuh.
Untuk memantau perkembangan derajat kelengkungan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan setiap empat sampai enam bulan selama masa remaja.
Sedangkan pada orang dewasa, dokter mungkin merekomendasikan untuk melakukan rontgen setiap lima tahun sekali, kecuali jika gejalanya memburuk.
Baca juga: 3 Cara Atasi Nyeri Akibat Skoliosis
Dokter akan memasang alat penyangga yang disebut brace jika derajat kelengkungan sekitar 30 sampai 40 derajat.
Penggunaan brace tidak dapat menyembuhkan skoliosis, tetapi dapat mencegah lengkungan tulang belakang semakin memburuk.
Pada anak-anak, operasi bertujuan untuk menghentikan perkembangan derajat lengkung selama masa dewasa dan untuk mengurangi deformitas tulang belakang.
Kebanyakan ahli akan merekomendasikan operasi jika progresivitas peningkatan derajat pembengkokan lebih besar dari 40 derajat pada anak yang sedang tumbuh.
Sedangkan pada orang dewasa, operasi mungkin direkomendasikan jika derajat pembengkokan lebih dari 50 derajat.
Dilansir dari Medline Plus, terdapat beberapa komplikasi yang dapat dialami penderita skoliosis, yaitu:
Baca juga: Stenosis Spinal (Tulang Belakang)
Merangkum Cleveland Clinic dan Medline Plus, sebagian besar kasus skoliosis tidak dapat dicegah karena berhubungan dengan kondisi bawaan lahir dan masalah genetik.
Namun, jika skoliosis disebabkan karena penyakit osteoporosis maka terdapat beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena osteoporosis, yaitu:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.