Oleh: dr Paskalis Andrew Gunawan SpPD KGer (Internist, Geriatrician)*
SAYA bertugas sebagai dokter di rumah sakit. Pertanyaan yang paling sering ditanyakan seseorang yang rutin berobat ke saya adalah: Apakah obat yang saya minum bisa dikurangi? Sampai kapan saya harus meminum obat sebanyak ini?
Kenapa penyakit diabetes dan hipertensi saya tidak sembuh sembuh?
Saya biasanya menjawab sambil bercanda,“Apa yang sudah Anda lakukan untuk kesehatan diri sendiri?”
Dokter bukanlah dewa yang bisa menyembuhkan semua penyakit. Kita semua tahu kesembuhan datang dari Tuhan dan kita sebagai manusia hanya perlu berusaha sebaik mungkin.
Kesehatan datang dari interaksi tiga komponen, yaitu lingkungan (Environment), diri sendiri (Host) dan agen penyebab (Agent).
Dokter sebagai bagian dari layanan kesehatan hanya masuk dalam satu komponen, yaitu Lingkungan.
Tubuh manusia adalah suatu keajaiban yang kompleks dan menakjubkan. Untuk mempermudah pemahaman tentang konsep ini, saya suka mengumpamakan-tanpa bermaksud merendahkan entitas kita sebagai manusia- tubuh manusia sebagai suatu mesin atau rumah, dokter sebagai mekanik atau kontraktor dan diri kita sebagai penghuninya.
Saat rumah baru pertama selesai dibangun, alangkah indah, kokoh dan megah bangunannya. Kita bisa menikmati tinggal di dalam rumah tersebut tanpa perlu merenovasi lagi bangunannya.
Seiring berjalannya waktu, tentu muncul berbagai kendala. Cat mulai luntur, beberapa sisi tembok ada keretakan, tembok ada rembesan air, atap bocor, rayap mulai bermunculan dan beberapa masalah lain.
Sekilas masalahnya kecil, kita bisa tetap tinggal di rumah tersebut dengan cukup nyaman dengan tak mengindahkan semua perubahan tersebut.
Namun, makin kita biarkan, kerusakan makin bertambah banyak. Seperti efek bola salju yang makin bertambah besar karena berguling di salju, sampai ke suatu titik di mana kita tidak bisa lagi tinggal di rumah tersebut.
Mulailah kita mencari kontraktor untuk memperbaiki kerusakannya. Betapa kaget kita saat kontraktor menyampaikan perlu banyak perbaikan agar rumah kembali layak huni.
Di titik tersebut, kita dihadapkan beberapa pilihan. Mengikuti sepenuhnya saran kontraktor, negosiasi perbaikan mana yang duluan dikerjakan secara bertahap, mencari kontraktor lain atau berusaha memperbaiki sendiri kerusakannya.
Semua pilihan tersebut ada untung ruginya yang tentunya penting dipahami. Andaikan semua kerusakannya berhasil tertangani, rumah sudah kita huni lagi. Semua kembali nyaman.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya