Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Begini Tip Praktis untuk Hindari Obat Palsu di Pasaran

Kompas.com - 22/11/2024, 07:57 WIB
Muhammad Ikhsan Saputra ,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peredaran obat palsu di pasaran menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Penggunaan obat palsu yang tak terjamin kualitas dan keamanannya dapat menimbulkan risiko kesehatan yang berbahaya.

Edukasi dan imbauan ketika membeli obat berperan penting demi menjaga keamanan dan kesehatan masyarakat.

Sebagian masyarakat belum sepenuhnya memahami tanda-tanda obat palsu yang beredar di pasar dan membahayakan kesehatan mereka.

Baca juga: Wajah Bengkak hingga Nyeri Bahu Bisa Jadi Tanda Tersembunyi Kanker Paru-paru

Ada sejumlah ciri-ciri obat palsu yang perlu diwaspadai masyarakat. Salah satu tanda yang paling umum adalah kemasan yang tidak sesuai standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), seperti tulisan yang buram, warna kemasan yang pudar, serta ketiadaan hologram resmi.

Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih jeli dalam memilih obat, selalu membelinya di toko resmi, dan memastikan produk memiliki izin edar dari BPOM.

Penggunaan obat palsu tak hanya berdampak pada ketidakefektifan pengobatan, tetapi juga berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya.

Baca juga: 7 Tanda Kerusakan Hati di Malam Hari yang Jarang Disadari, Apa Saja?

Obat palsu sering kali mengandung zat yang tidak sesuai dosis hingga (mengandung) bahan yang berbahaya bagi organ tubuh.

Guna mengurangi risiko, belilah obat di apotek yang memiliki izin beroperasi resmi sebagai tempat utama pembelian obat dan pastikan tenaga farmasi di apotek tersebut berkompeten.

Obat dengan label BPOM adalah jaminan penting karena produk tersebut telah melewati pengujian ketat.

Baca juga: Kenali 7 Tanda Gula Darah Tinggi di Malam Hari yang Sering Tak Disadari, Apa Saja?

Teknologi digital sebagai solusi

Peran teknologi pun dapat membantu masyarakat mengenali obat asli yang beredar. Beberapa aplikasi resmi juga telah dikembangkan untuk memverifikasi keaslian nomor seri obat tersebut.

Saat ini, terdapat aplikasi BPOM Mobile yang dapat digunakan masyarakat. Selain itu, ada pula fitur kode QR memungkinkan masyarakat memverifikasi keaslian obat.

Diperlukan pula kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri farmasi untuk terus meningkatkan pengawasan terhadap distribusi obat.

Baca juga: Sederet Gejala Gagal Ginjal yang Sering Dianggap Sepele, Ruam hingga Urin Berbusa 

Dengan sistem distribusi tertutup dan pengawasan yang lebih ketat, peredaran obat palsu dapat diminimalisasi.

Tanda-tanda obat palsu

Sebagai panduan praktis, ada beberapa tanda yang bisa dikenali masyarakat untuk mengidentifikasi obat palsu, yakni kemasan mencurigakan, harga terlalu murah, dan tidak ada label izin edar resmi.

Jika menemukan obat mencurigakan, segera laporkan ke BPOM dan apotek tempat Anda membeli. Edukasi dan pelaporan adalah langkah penting melawan peredaran obat palsu.

Baca juga: 9 Kelompok yang Berisiko Alami Gagal Ginjal, Siapa Saja?

Perlu kesadaran masyarakat

Selain memanfaatkan teknologi dan membeli obat di apotek resmi, masyarakat juga diimbau agar tak tergiur promosi yang menjanjikan hasil instan. Biasakan membaca label, memahami isi kandungan obat, dan konsultasi kepada apoteker. Jangan mudah percaya pada obat yang beredar dan tak memiliki izin resmi.

Dalam aktivitas sehari-hari, masyarakat juga perlu menjaga pola hidup sehat agar mengurangi kebutuhan konsumsi obat berlebih.

Dengan menjaga kesehatan tubuh secara alami, masyarakat dapat mengurangi risiko penyakit sekaligus terhindar dari kebutuhan obat.

Melalui edukasi berkelanjutan, Indonesia akan terbebas dari ancaman obat palsu di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau