KOMPAS.com — Bagi wanita yang menderita vaginismus, aktivitas bercinta dengan pasangan tak lagi dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Jangankan untuk mencapai orgasme, penetrasi saja tidak dimungkinkan karena seluruh otot menjadi kaku, termasuk otot di sekitar kemaluan sehingga tulang kemaluan menjadi "mengunci".
Jessica (nama samaran), salah satu penderita vaginismus, mengaku tidak pernah menikmati hubungan seksual. "Saat pertama kali berhubungan seks dengan suami, diperlukan 15 kali percobaan sebelum penis suami berhasil dimasukkan," katanya.
Para ahli terapi psikoseksual menyebutkan, vaginismus kebanyakan dipicu oleh faktor psikis atau psikologis. Pengalaman traumatis seperti pemerkosaan juga akan memunculkan vaginismus sebagai respons perlindungan terhadap rasa sakit lebih lanjut.
Jessica kemudian mencoba hipnoterapi pada Katherine Wong, ahli hipnoterapi di Singapura.
Menurut Wong, tujuan utama hipnoterapi pada pasien vaginismus adalah menanamkan pesan positif pada pikiran mengenai seks saat pasien dalam kondisi rileks dan secara mental siap menerima.
"Ternyata pengalaman pertama saya pada seks telah mengondisikan pikiran saya pada rasa sakit sehingga saat berhubungan seks otomatis otot-otot saya berkontraksi dan tegang," kata Jessica.
Dalam terapi tersebut, Jessica dibimbing untuk menyimpan seluruh pengalaman buruk dan traumatis terhadap seks dalam sebuah "kotak" dan menguncinya. Kemudian, ia diminta membayangkan hubungan seks yang diinginkannya.
Pada pertemuan ketiga, Wong meminta Jessica untuk membayangkan organ intimnya basah dan terlubrikasi saat berhubungan seksual. "Saya membayangkannya seperti mawar yang siap menerima kumbang. Setiap pikiran saya menuju pada sakit, saya langsung membayangkan mawar ini," katanya.
Setelah rutin berlatih hipnoterapi, termasuk melakukan hipnosis sendiri (self hipnosis), akhirnya Jessica mulai menikmati hubungan seksual dengan pasangannya. "Memang belum berhasil mencapai klimaks, tapi saya merasa jauh lebih rileks dan lebih merespons setiap rangsangan dan sentuhan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.