Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2012, 10:12 WIB

KOMPAS.com - Gangguan pemusatan perhatian (ADHD/ Attention Deficit Hyperacativity Disorder) bukan hanya membuat penderitanya mengalami kesulitan dalam bersosialisasi tapi juga menyebabkan mereka memiliki kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri sampai niat bunuh diri lebih besar.

Sebuah penelitian lanjutan dari tahun 1990-an menemukan, anak-anak perempuan penderita ADHD yang menjadi responden ini ketika dewasa melukai diri sendiri dan berusaha bunuh diri tiga sampai empat kali.

ADHD ditandai dengan kesulitan berkonsentrasi dan tidak bisa diam ini bisa dideteksi sejak usia anak-anak. Riset-riset terbaru menunjukkan, gejala tersebut bisa menetap sampai seseorang dewasa.  Ada dua aspek utama dalam ADHD, yaitu kesulitan untuk memusatkan perhatian dan kebiasaan hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) – impulsif (kesulitan untuk menunda respon atau dorongan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak sabar).

Dalam penelitian yang berlangsung hampir 22 tahun lalu, sebanyak 228 anak perempuan usia 6 - 12 yang tinggal di wilayah teluk San Francisco menjadi respondennya. 140 dari responden didiagnosis ADHD, sisanya masuk kelompok kontrol. 93 dari jumlah anak ADHD didiagnosis ADHD gabungan, ditandai kombinasi hiperaktif, impulsif, dan gangguan konsentrasi. 47 lainnya didiagnosis ADHD-inattentive. Sebuah subtipe dimana responden sulit memberi perhatian dan sedikit bertindak.

Peneltian yang dipublikasikan dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology ini tidak berhenti. Para peneliti masih melakukan lanjutan 5 tahun dan 10 tahun seseudahnya. Uji klinis, tes akademik, dan wawancara para orangtua tentang penggunaan narkoba, usaha bunuh diri, melukai diri sendiri, dan depresi terus diteliti.

Di antara 93 anak perempuan dengan ADHD gabungan, 22 persennya dilaporkan berusaha bunuh diri pada pengecekan 10 tahun pertama. Pada kelompok ini jumlah anak yang ingin bunuh diri cukup tinggi bila dibandingkan kelompok ADHD-inattentive (8 persen) dan kelompok kontrol (6 persen). 51 persen anak perempuan dengan ADHD gabungan dilaporkan telah menyakiti diri sendiri, sementara anak ADHD inattentive hanya 29 persen dan kelompok kontorl hanya 19 persen.

"ADHD pada anak perempuan dan perempuan dewasa membawa resiko tinggi, bahkan memberikan pengaruh berbahaya dalam perilakunya," kata pimpinan peneliti Stephen Hinshaw dari Universitas California, Berkeley.

Stephen menambahkan, ADHD gabungan lebih membahayakan ketimbang ADHD inattetive. Anak dengan ADHD gabungan cenderung lebih impulsif serta tidak memiliki kontrol atas perbuatannya. Dikhawatirkan ketika dewasa, anak perempuan ADHD gabungan akan menjadi anti sosial, mudah terpengaruh perasaannya, serta serba cemas.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com