KOMPAS.com - Tak diragukan lagi bahwa obesitas merupakan satu dari sekian banyak faktor penyebab penyakit mematikan seperti serangan jantung dan stroke. Itulah sebabnya dibutuhkan usaha untuk menghentikan peningkatan risiko obesitas sedini mungkin.
Nafsu makan berlebihan adalah pemicu obesitas yang dapat menyerang berbagai tingkat usia. Napsu makan tersebut dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi tubuh sebagai neuromodulators, yakni hormon yang mempengaruhi perilaku kognitif terhadap napsu makan. Hormon tersebut adalah ghrelin, leptin, and adiponectin.
Ghrelin
Ghrelin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel lapisan P/D1 dari lambung manusia dan sel epsilon dari pankreas yang merangsang rasa lapar. Tingkat ghrelin meningkat sebelum makan dan menurun setelah makan. Kadar hormon ghrelin akan menurun secara berkala setelah tubuh mulai menyerap nutrisi dari makanan.
Selain itu, ghrelin juga dapat mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan membuat seseorang mengonsumsi makanan lebih banyak. Ghrelin bekerja pada hipotalamus otak dengan cara meningkatkan napsu makan ketimbang menurunkannya.
Para peneliti di Rumah Sakit Universitas Navarra menemukan bahwa, selain merangsang hipotalamus untuk menghasilkan nafsu makan, ghrelin juga bertindak pada korteks tabula rasa.
Mereka mengamati bagaimana hormon ini mengakumulasi lipid dalam jaringan lemak visceral. Lipid adalah golongan senyawa yang tidak larut dalam air, dan lemak adalah salah satu bagian dari lipid.
Dengan kata lain, ghrelin dapat memicu akumulasi lemak terutama di daerah perut (obesitas visceral) yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi hingga diabetes tipe-2.
Bahkan, penelitian lebih lanjut menyebutkan, ketika seseorang diberi suntikan ghrelin dan kemudian dipersilahkan untuk makan, mereka makan 30 persen lebih banyak dari biasanya!
Leptin
Leptin merupakan hormon yang dihasilkan sel-sel lemak yang membantu mengatur metabolisme dan nafsu makan. Hormon leptin diproduksi di dalam WAT (white adipose tissue) atau sel lemak, jadi semakin besar sel lemak maka semakin banyak juga kadar hormon leptin di tubuh manusia.
Leptin juga memberitahu otak kapan harus berhenti mengunyah dan berhenti makan, membantu merespon rasa kenyang, mengendalikan napsu makan dan mencegah makan berlebihan.
Kekurangan hormon leptin dapat memicu obesitas, terutama pada anak-anak. “Anak-anak yang tidak menghasilkan hormon ini secara cukup, memiliki nafsu makan di luar batas wajar,” kata Profesor Bouloux dari Birmingham University.
Permasalahan muncul apabila hormon leptin tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Orang-orang yang menderita obesitas memiliki kadar hormon leptin yang sangat tinggi, akan tetapi tubuhnya tidak lagi memberikan sinyal pada otak yang menandakan tubuh sudah mendapat cukup makanan.
Secara tidak sadar mereka akan terus mengonsumsi makanan karena otak (hypothalamus) menganggap tubuh masih membutuhkan makanan, inilah yang disebut dengan leptin resistance.