Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2013, 12:30 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber Healthland

Kompas.com - Meningkatnya akses terhadap layanan kesehatan, terutama berkaitan dengan kesehatan reproduksi, membuat usia harapan hidup kaum wanita di seluruh dunia meningkat.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), secara global usia harapan hidup wanita mencapai 50 tahun, atau naik sekitar 2,3 tahun. Para wanita di Brazil dan Jepang memiliki penambahan usia paling tinggi dibanding angka global yakni 2,2 tahun dan wanita di Amerika Serikat sedikit dibawah angka global.

WHO menyebutkan, meningkatnya usia harapan hidup wanita terutama karena keberhasilan upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak saat persalinan, serta menurunnya kematian akibat penyakit menular seperti AIDS.

Selain itu ada bukti yang menyebutkan di negara miskin angka harapan hidup perlahan mulai menyamai negara maju seiring dengan perbaikan sistem jaminan kesehatan dan pengendalian penyakit menular.

Meski begitu menurut WHO kesenjangan antara wanita yang hidup di negara maju dengan negara miskin masih sangat besar. Kebanyakan layanan kesehatan di negara miskin dan berkembang masih terfokus pada kesehatan reproduksi.
Padahal, angka kematian akibat penyakit kronik seperti penyakit jantung dan diabetes atau kanker terus meningkat. Penyakit tidak menular ini diperkirakan akan menyebabkan 38 persen kematian wanita di tahun 2050 dan kanker diperkirakan menyumbang angka kematian sampai 17 persen.

Karena itu WHO menyarankan pemerintah negara berkembang mulai menyiapkan strategi untuk mencegah dan mengelola penyakit tidak menular, misalnya penapisan tekanan darah tinggi atau kolesterol untuk mencegah penyakit jantung. Cara lain yang disarankan adalah memonitor tanda awal tumor dengan mamografi atau papsmear, serta pemberian vaksinasi HPV.

Data dari WHO itu juga menyebutkan wanita di negara berkembang mulai banyak yang meninggal akibat penyakit kronis yang selama ini lebih dikenal sebagai penyakitnya negara maju. Bahkan, para wanita di negara berkembang meninggal lebih cepat dibanding rekannya di negara maju.

Hal itu mengindikasikan, kesehatan para wanita di negara berkembang lebih rentan karena faktor stres, kondisi kronik yang tidak ditangani seperti hipertensi, serta nutrisi yang buruk yang bisa memicu penyakit jantung dan kanker.

"Hasil penelitian ini menunjukkan tren pentingnya untuk mulai mengadaptasi sistem kesehatan yang tepat demi mencegah penyakit-penyakit tidak menular," tulis peneliti dalam laporan tersebut.

Beberapa kebijakan kesehatan di negara berkembang juga diketahui mulai menunjukkan hasil positif, misalnya penurunan kadar tekanan darah, kolesterol, dan obesitas, yang berimbas pada penurunan kematian akibat penyakit jantung pada wanita.

Angka kejadian kanker payudara, serviks, dan juga kanker kolon juga menurun. Akan tetapi angka penggunaan tembakau pada wanita belum banyak berubah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com