Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2014, 13:10 WIB

KOMPAS.com - Kanker payudara biasanya baru diketahui saat sudah ada di stadium lanjut. Selain karena rendahnya kesadaran para wanita untuk memeriksakan dirinya, sel kanker yang membesar juga kerap tidak menimbulkan gejala sehingga tidak disadari.

Penelitian menunjukkan, setiap tahun ada 49.000 penderita kanker payudara baru dan 20.000 orang meninggal akibat kanker payudara disebabkan karena terlambat mendapat pengobatan.

"Banyak pasien yang menganggap remeh tumor atau kanker stadium dininya. Padahal tumor atau kanker yang masih stadium dini bisa menjadi kanker stadium lanjut dan ini sering terjadi dalam jangka waktu yang sebentar pada pasien berusia kurang dari 30 tahun," ungkap dr.Ronald A. Hukom, Sp.PD, konsultan hematologi dan onkologi medik dari RS.Dharmais dalam diskusi Early vs Advanced Breast Cancer di Jakarta, Rabu (29/10/14).

Ronald menjelaskan, saat sel kanker di payudara membesar terkadang tidak disertai rasa nyeri. Inilah mengapa banyak pasien yang tidak menyadari penyakitnya. Beberapa bulan atau setahun kemudian payudara semakin berubah, timbul luka dan bernanah.

Hal tersebut juga pernah dialami oleh Shanti Persada, salah satu pendiri Yayasan Dara Indonesia. Ia baru menyadari kanker payudara yang dideritanya di stadium lanjut.

"Awalnya saya periksa ke dokter bulan Maret 2009 karena merasa ada kelainan di payudara. Saat itu dokter bilang bahwa ini karena hormonal dan bisa kembali seperti semula, karena saat itu benjolan saya tidak bisa teraba karena berada di bawah. Saya langsung santai-santai saja dan juga tidak diberikan obat," ujarnya dalam acara yang sama.

Beberapa bulan kemudian, Shanti mendapati permukaan kulit payudaranya berubah seperti kulit jeruk dan putingnya tertarik ke dalam. "Saya langsung browsing dan menemukan bahwa ternyata itu kanker ganas. Saya periksa kembali dan ternyata akhirnya saya menderita kanker payudara stadium 3b," katanya.

Kenyataan tersebut membuat shanti sempat merasa down. Namun demi keluarga yang mendukungnya, ia kembali bersemangat menjalani pengobatan. Untuk membiayai pengobatannya selama 1,5 tahun, ia terpaksa menjual 2 mobil dan  tanah miliknya. Shanti melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali, mastektomi dan juga radiasi sampai 25 kali.

Perjuangan Shanti tidak sia-sia karena ia berhasil sembuh. Ia pun giat mengampanyekan pentingnya melakukan deteksi dini. Lewat jejaring LovePink yang beranggotakan penderita kanker payudara, mereka saling memberi semangat sesama penderita agar tetap menjalani pengobatannya.

"Saat pengobatan ini, pasien harus diberi dukungan khususnya dari pihak keluarga, para dokter, tenaga medis, bahkan psikolog," katanya. (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau