Penelitian terbaru yang dilakukan pasta gigi Pepsodent bersama dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia selama 2 bulan pada 984 anak di 3 SD Bekasi menemukan bahwa anak-anak dari kelompok umur 6-7 tahun yang memiliki lubang pada gigi tetap mereka, memperlihatkan jumlah hari absen selama 3 hari. Sementara yang tidak memiliki gigi berlubang hanya 2 hari absen.
Hal serupa juga ditemukan di negara-negara lain. Misalnya saja di Srilanka, tahun 2005 diketahui 53 persen anak usia 6 tahun pernah mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulutnya. Sementara di Filipina, sakit gigi jadi alasan umum ketidakhadiran anak di sekolah. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat, diketahui lebih dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya karena gangguan gigi.
“Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik terbukti sangat berpengaruh pada ketidakhadiran atau absensi anak di sekolah. Jika hal ini terus terjadi maka akan mempengaruhi prestasi belajar anak di kemudian hari," kata drg. Ratu Mirah Afifah, dalam acara “Pepsodent Ungkap Fakta” di Hotel Mulia, Jakarta (25/02/2015).
Untuk itu perlu dilakukan intervensi pada orangtua dan guru agar kesehatan gigi anak dapat selalu dijaga. “Kami memberikan intervensi selama 8 minggu, yang terdiri dari pelatihan kader kesehatan gigi bagi para guru dan melakukan pemeriksaan klinis secara rutin,” lanjutnya.
Peran yang kuat dari pihak sekolah dan orangtua terbukti mampu memberikan hasil dan perubahan yang baik bagi kondisi kesehatan gigi anak. “Setelah intervensi yang diberikan, terlihat penurunan jumlah plak secara signifikan sebanyak 54 persen pada kelompok umur 6-7 tahun dan 66 persen pada kelompok umur 10-11 tahun”, tambah Ratu.
Edukasi akan kesehatan gigi pada anak-anak harus dilakukan sedini mungkin, terutama untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut dari plak yang dapat menyebabkan masalah pada gigi dalam jangka panjang. (Monica Erisanti)