Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2015, 13:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengawas Obat dan Makanan meluncurkan kampanye anti obat palsu dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap obat dan produk palsu. Kampanye dilakukan di Jakarta, Senin (1/6) siang, dengan membagikan 100 bunga mawar kepada para pengguna jalan.

Pada bunga mawar dikaitkan tulisan "Pilih yang Asli Jangan yang Palsu". Bunga mawar asli itu merupakan representasi obat asli. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa ikut turun ke jalan bersama pegawai BPOM untuk membagikan bunga.

Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak memiliki izin produksi. Adapun obat ilegal adalah obat yang beredar tanpa izin edar. Kedua jenis obat tersebut, menurut Roy, sangat berbahaya bagi kesehatan karena tanpa izin dari pemerintah dan tanpa uji laboratorium. Selain suplemen kesehatan dan kosmetik, jenis produk palsu yang paling banyak ditemukan adalah obat disfungsi ereksi.

Ia mengatakan, peredaran obat palsu dan obat ilegal ibarat fenomena gunung es. Ia meyakini pelaku pembuatan obat palsu dan peredaran obat ilegal cukup banyak. Pada 2015, BPOM mengusut ratusan kasus dengan nilai total Rp 2,9 miliar.

Pada 2011, pihaknya menemukan 57 produk ilegal. Tahun 2012, jumlahnya naik menjadi 66 produk dan pada 2013 melonjak drastis menjadi 837 produk.

Shutterstock Ilustrasi

Lewat situs daring

Dari banyak kasus yang diusut BPOM, lanjut Roy, lebih dari 50 persen obat palsu tersebut beredar lewat situs daring (online). "Tahun ini ada sekitar 300 situs penjualan obat palsu yang kami tutup," katanya.

Ia mengatakan, BPOM belum mampu memberantas sindikat pengedar obat ilegal dan produsen obat palsu. Ia berharap regulasi diperkuat dengan memperberat hukuman bagi pelaku agar ada efek jera.

Ia juga meminta masyarakat melapor kepada BPOM apabila menemukan obat palsu beredar di pasaran. Masyarakat diharapkan cerdas dalam memilih obat, seperti memperhatikan masa pemakaian dan label.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi Dorodjatun Sanusi menambahkan, peredaran obat palsu dan ilegal membuat citra industri farmasi tercoreng. Gabungan Pengusaha Farmasi siap membantu pemerintah untuk memberantas obat palsu dan ilegal. "Industri farmasi bisa terpuruk akibat adanya obat palsu," ujarnya.

Peredaran obat palsu dan ilegal tidak terlepas dari tingginya permintaan konsumen di pasaran. Masyarakat tidak mau bersusah payah ke toko obat resmi karena khawatir harga obat mahal sehingga memilih jalan pintas dengan membeli obat ilegal.

"Padahal, sekarang harga obat resmi tidak mahal, sudah terjangkau semua lapisan masyarakat," kata Dorodjatun. (B04/B03)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau