Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

Terlalu Sering Minum Obat Antinyeri Berisiko Rusak Pendengaran

Kompas.com - 16/12/2016, 07:25 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber The Sun

KOMPAS.com — Penggunaan jangka panjang obat penghilang rasa sakit dapat membuat pasien menjadi kurang mendengar bahkan tuli, menurut tim peneliti dari Boston, Amerika.

Peneliti menemukan satu dari enam kasus ketulian pada orang yang rutin terpapar obat penghilang rasa sakit selama bertahun-tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko gangguan pendengaran sebanyak sepuluh persen pada pengguna lainnya.

Mereka yang terpengaruh ialah wanita yang mengonsumsi pil penghilang rasa nyeri setidaknya 2-3 hari selama seminggu, selama paling sedikit enam tahun.

Baca juga: Prabowo: TNI Polri, Bersihkan Diri Kalian Sebelum Saya Ambil Tindakan

Diperkirakan, pemakaian obat anti-nyeri yang rutin dapat memotong aliran darah kapiler di telinga. Walau begitu, penggunaan jangka pendek juga dapat menimbulkan risiko walau hanya sedikit.

Selama studi, peneliti memeriksa penggunaan Parasetamol dan Ibuprofen pada lebih dari 54.000 wanita berusia 48-73 tahun, dan membandingkannya dengan tingkat gangguan pendengaran.

Pemimpin studi, dr Gary Curhan, mengatakan, "Mengingat obat tersebut dijual bebas dan sangat umum digunakan, bahkan peningkatan kecil dalam konsumsi obat anti-nyeri tetap memiliki implikasi kesehatan."

Baca juga: Hasil Timnas U17 Indonesia Vs Yaman 4-1: Indonesia Lolos ke Piala Dunia U17 2025!

Sohaila Rastan, dari lembaga sosial Action on Hearing Loss, mengatakan, "Studi ini memang menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko kehilangan pendengaran pada wanita yang mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri untuk jangka waktu yang panjang.”

“Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah obat penghilang rasa sakit adalah penyebab sebenarnya dari gangguan pendengaran ini atau ada faktor-faktor lain yang terlibat,” tambahnya.

Sebelumnya, penggunaan Parasetamol secara sering juga telah dikaitkan dengan risiko gangguan jantung dan ginjal, ditambah autisme pada bayi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau