KOMPAS.com – Meningitis adalah penyakit yang menimbulkan peradangan pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Penanggung Jawab Vaccine Clinic RS Jogja International Hospital (JIH) Solo, dr. Ira Fania F., menyebut meningitis termasuk penyakit menular yang pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.
Menurut dia, proses penularan meningitis tergolong mudah.
Di mana, penyakit ini bisa menular dari manusia ke manusia melalui saluran pernapasan ataupun cipratan air liur.
“Meningitis termasuk penyakit yang dapat menular,” jelas dr. Ira saat diwawancara Kompas.com, Kamis (9/4/2020).
Gejala awal meningitis hampir sama dengan flu
dr. Ira menerangkan gejala awal meningitis hampir sama seperti penyakit flu (influenza).
Namun, gejala meningitis bisa bertambah berat berupa panas tinggi dalam waktu yang singkat, sekitar 12-24 jam sejak awal gejala.
Sementara, flu diketahui tidak menjukan gejala tersebut dan dapat sembuh dengan sendirinya dengan masa inkubasi rata- rata selama 2 – 4 hari.
Menurut dr. Ira, seseorang yang terkena meningitis juga bisa merasakan gejala lain yang lebih spesifik.
Beberapa gejala yang mungkin menyertai, di antaranya yakni:
Pada meningitis, gejala kejang merupakan salah satu tanda kegawatan.
Kejang yang terjadi tersebut bisa pada sebagian atau seluruh tubuh.
Frekuensinya pun bisa sesekali atau terus-menerus, tergantung pada tingkat keparahan meningitis.
Vaksi meningitis
dr. Ira menjelaskan, penyakit meningitis salah satunya bisa dicegah dengan pemberian vaksin meningitis.
Ada dua vaksin yang setidaknya harus diberikan untuk mencegah meningitis pada bayi.
Dua vaksin itu, yakni:
1. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib bisa mencegah bayi terkena meningitis akibat bakteri Haemophilus influenzae tipe B (Hib).
Di Indonesia, vaksin ini termasuk mudah didapat di fasilitas layanan kesehatan di mana pun karena termasuk imunisasi dasar yang diprogramkan oleh pemerintah Indonesia.
Vaksin Hib sebaiknya diberikan pada bayi saat masih berusia 2, 3, dan 4 bulan.
2. Imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)
Imunisasi PCV diketahui bisa mencegah beberapa penyakit, termasuk radang otak atau meningitis.
Imunisasi PCV ini pada umumnya dilakukan pada bayi sebanyak 3 kali, yakni mulai berusia 2 bulan dengan jarak pemberian 4-8 minggu.
Setelah berusia 11 hingga 12 tahun, anak bisa diberikan vaksin meningitis dengan booster pada usia 16 tahun.
Imunisasi ini juga bisa dilakukan lebih awal pada anak mulai usia 2 bulan hingga 11 tahun asal memenuhi syarat, sebagai berikut:
“Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Selandia Baru adalah negara endemik meningitis meningokokus,” jelas dr. Ira.
Vaksin meningitis bagi calon jemaah umrah dan haji
Dia menyampaikan para calon jemaah umroh dan haji juga wajib melakukan vaksin meningitis.
Kebijakan tersebut bahkan tak bisa disangkal lagi. Pasalnya, para calon jemaah umrah dan haji yang ingin pergi ke Arab Saudi asal Indonesia harus bisa menunjukkanssertifkat yang menyatakan bahwa mereka telah memperoleh vaksin tersebut.
dr. Ira menerangkan calon jemaah umrah atau haji bisa melakukan vaksi meningitis di berbagai tempat layanan kesehatan yang telah memiliki sertifikasi untuk melakukan tindakan pemberian vaksin.
“Vaksin meningitis perlu diberikan agar para calon jemaah terhindar dari serangan penyakit meningitis selama berada di Tanah Suci. Ada kemungkinan mereka akan berbaur dengan jemaah asal negara endemik meningitis meningokokus,” terang dia.
Menurut Ira, vaksinasi meningitis sebaiknya dilakukan oleh para calon jemaah umrah atau haji 10 hari atau paling lama 2 tahun sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.
Mereka bisa melakukan vaksi meningitis di berbagai tempat layanan kesehatan yang telah memiliki sertifikasi untuk melakukan tindakan pemberian vaksin.
“RS JIH Solo sendiri telah tersertifikasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Semarang pada Januari 2020,” jelas dia.
https://health.kompas.com/read/2020/04/09/120100268/gejala-awal-meningitis-dan-flu-mirip-ini-bedanya