Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alergi: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mengobati

KOMPAS.com – Alergi adalah rekasi tubuh berlebihan terhadap senyawa asing yang biasanya tidak berbahaya.

Pemicu alergi pada seseorang bisa sangat bervariasai, di antaranya yakni debu, serbuk sari, obat, makanan, gigitan serangga, rambut binatang, dan bahkan virus atau bakteri.

Benda-benda yang dapat memicu respons alergi tersebut dapat disebut sebagai alergen.

Pada kebanyakan orang, alergen tidak memicu reaksi berlebih pada tubuh. Tapi, pada orang yang memiliki alergi terhadap allergen itu, sistem imun akan mengeluarkan reaksi karena dianggap berbahaya.

Sel darah putih adalah salah satu komponen yang berperan dalam memunculkan reaksi alergi.

Gejala alergi

Gejala alergi pada masing-masing orang bisa berbeda.

Beberapa gejala yang bisa muncul antara lain, yakni:

Penyebab alergi

Melansir buku terjemahan Seri Penyembuhan Alami Bebas Alergi (2009) oleh Med Express, ada sejumlah bahan pemicu reaksi alergi yang berbeda-beda pada setiap seseorang.

Berikut ini adalah beberapa penyebab alergi yang paling sering dijumpai atau didagnosis:

1. Kutu debu

Organisme mikroskopis ini hidup pada debu rumah.

Debu rumah adalah campuran dari bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan alergi, seperti:

  • Serat dari kain yang berbeda-beda
  • Kulit hewan yang mengelupas
  • Bakteri
  • Spora jamur atau cendawan
  • Partikel-partikel makanan
  • Bagian-bagian tanaman
  • Kulit mati

Kutu debu biasanya berkumpul di karpet, kasur, atau bantal. Kotoran mereka dapat menyebabkan reaksi elergi pada kulit yang hipersensitif.

Kutu debu bisa memengaruhi 90 persen orang yang menderita alergi.

2. Serbuk sari bunga

Serbuk sari bunga dan pohon bisa memicu reaksi alergi pada 70 persen orang yag menderita alergi.

3. Hewan peliharaan

Hewan peliharaan adalah penyabab terbesar ketiga dari reaksi alergi.

40 persen anak penderita asma dilaporkan alergi terhadap protein yang dikeluarkan kelenjar minyak kulit hewan maupun protein pada air seni dan air liur hewan.

4. Jamur

Jamur yang dimaksud di sini adalah fungi yang berukuran mikroskopis dengan spora yang dapat melayang-layang di udara seperti serbuk sari.

Jamur lebih sering terdapat pada musim gugur dan dapat menyebabkan serangan asma yang parah.

5. Makanan

Bahan pangan atau makanan yang paling sering menyebabkan alergi, antara lain yakni:

  • Susu
  • Cokelat
  • Telur
  • Ikan
  • Kacang
  • Kerang
  • Udang
  • Gandum

Pewarna dan pengawet makanan dapat juga memicu reaksi alergi.

6. Obat

Beberapa orang mengalami reaksi alergi terhadap obat-obatan tertentu.

Terapi terbaik untuk mengatasi alergi obat adalah menghindari obat-obatan tersebut.

Ada sejumlah bahan dalam produk kosmetik dan parfum yang dapat memicu alergi pada beberapa orang.

Faktor risiko alergi

Orang dengan kondisi medis tertentu memiliki kemungkinan lebih besar mengalami alergi.

Faktor risiko alergi tersebut di antaranya, yakni:

  • Pernah mengalami reaksi alergi yang parah
  • Asma
  • Polip di hidung
  • Aering mengalami infeksi di hidung, telinga, atau saluran napas
  • Memiliki kulit sensitif
  • Terutama penderita eksem

Cara mengobati alergi

Melansir Buku Pengobatan Mandiri (2013) oleh Dewi Fitriani S.Si., Apt., alergi biasanya tidak dapat disembuhkan dengan obat.

Obat hanya dapat mengurai gejala alergi yang timbul.

Cara yang paling ideal adalah mengetahui dengan persis pemicu alergi dan menhindarinya. Namun, hal ini tidak selalu dapat dicapai.

Oleh karena itu, orang yang memiliki alergi perlu memilih obat untuk meredakan gejala yang ditimbulkan alergi dengan tepat.

Jika reaksi yang ditumbulkan oleh alergi cukup parah, seperti kondisi yang semakin memburuk dengan cepat, sulit bernapas, ruam yang sangat luas, atau tidak sadarkan diri, maka sebaiknya segera menghubungi dokter atau rumah sakit.

Sementara, reaksi alergi yang ringan bisa diatasi dengan obat-obatan tertentu yang mengandung loratadin, cetirizine, atau fexofenadine.

Obat alergi tersebut adalah anti-alergi yang tidak menyebabkan kantuk dan bisa digunakan untuk jangka panjang.

Loratadin dan cetirizine dimakan sehari sekali dan bisa bertahap sampai 24 jam. Tapi, cetirizine tidak disarankan untuk ibu hamil.

Dosin loratadin untuk mengobati alergi, yakni:

  • Anak 2-6 tahun: 5 mg per hari
  • Anak di atas 6 tahun dan dewasa: 10 mg per hari

Sementara, reaksi alergi yang timbul pada kuit bisa diatasi dengan mengoleskan krim yang mengandung hydrocortisone.

Sedangkan, ruam yang kecil bisa diatasi dengan kompres dingin atau es guna mengurangi gatal.

https://health.kompas.com/read/2020/07/01/102900868/alergi--gejala-penyebab-faktor-risiko-dan-cara-mengobati

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke