KOMPAS.com – Banyak orang yang ingin menurunkan berat badan memilih melakukan diet rendah karbohidrat dan tinggi protein.
Mereka pada gilirannya akan mulai membatasi asupan karbohidrat dan menggantinya dengan konsumsi makanan atau suplemen yang mengandung protein tinggi.
Penerapan diet rendah karbohidrat dan tinggi protein ini dianggap dapat menghambat pembentukan lemak berlebih di dalam tubuh.
Namun, diet rendah karbohidrat pada kenyatannya punya beberapa efek samping yang patut diwaspadai.
Apa saja risiko atau bahaya diet rendah karbohirat ini?
1. Flu
Diet rendah karbohidrat tertinggi adalah diet ketogenik atau disebut diet keto.
Diet ini dilakukan dengan pengurangan asupan karbohirat secara drastis, yakni hingga 5 hingga 10 persen dari asupan kalori harian dan mendapatkan sebagian besar kalori dari lemak dan beberapa protein.
Melansir Live Strong, dalam kekurangan karbohidrat, hati akan mengubah lemak menjadi asam yang disebut keton, yang digunakan tubuh untuk bahan bakar.
Proses ini dapat disebut sebagai ketosis yang biasanya dimulai 3 atau 4 hari membatasi karbohidrat.
Penurunan berat badan awal pada diet keto disebabkan oleh hilangnya berat air yang terkait dengan penipisan glikogen.
Setelah beberapa hari, orang mungkin mengalami efek jangka pendek yang tidak menyenangkan, seperti mual, kelelahan dan pusing, yang merupakan sekelompok gejala yang disebut “flu keto”.
2. Gula darah rendah
Seiring berjalannya waktu, ketosis akibat penerapan diet rendah karbohidrat dapat menyebabkan dehidrasi, mengubah keseimbangan kimiawi dalam darah, hingga membuat kadar gula darah menjadi sangat rendah.
Gejala gula darah rendah dapat muncul secara tiba-tiba dan bervariasi pada setiap orang.
Gejala yang mungkin timbul, seperti:
Mengingat diet rendah karbohidrat memiliki sejumlah efek samping, beberapa orang tidak dianjurkan untuk mencoba diet ini, terutama bagi orang-orang yang punya gejala penyakit gagal hati, pankreatitis dan gangguan metabolisme lemak.
Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai diet rendah karbohidrat ini.
3. Gangguan irama jantung
Melansir Health Line, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan karbohidrat dalam makanan dapat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.
Dalam sebuah studi pada 2013 yang ditampilkan dalam PLOS One, peneliti melakukan investigasi untuk melihat efek jangka panjang dari diet rendah karbohidrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan diet rendah karbohidrat berkaitan dengan peningkatan risiko kematian karena berbagai penyebab yang terkait.
Sebuah studi pada bulan Maret 2019 yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology, menemukan bahwa asupan karbohidrat yang rendah hingga sedang di antaranya dapat meningkatkan risiko atrial fibrilasi (AF), gangguan irama jantung.
AF bermanifestasi sebagai kelelahan, pusing dan jantung berdebar dan dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung.
Para penulis menyimpulkan bahwa dokter tidak seharusnya merekomendasikan diet rendah karbohidrat secara ekstensif untuk menurunkan berat badan.
4. Sebabkan sembelit dan energi rendah
Karena diet rendah karbohidrat juga dilakukan dengan membatasi konsumsi buah, sebagian besar sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh, serat yang didapat bisa sangat rendah.
Padahal serat penting untuk pencernaan karena membantu menjaga keteraturan usus.
Oleh karena itu, diet rendah karbohidrat dapat menyebabkan sembelit dan ketidaknyamanan pencernaan.
Terlebih lagi, karbohidrat adalah sumber energi utama tubuh Anda.
Oleh karena itu, diet tanpa karbohidrat dapat menyebabkan energi rendah atau kelelahan, terutama pada awalnya.
Perubahan metabolisme yang terjadi di tubuh ketika Anda memotong karbohidrat juga dapat menyebabkan fungsi mental yang buruk, mual, dan gangguan tidur dalam jangka pendek.
5. Picu kekurangan nutrisi
Diet rendah karbohidrat mungkin tidak menyediakan juga cukup vitamin dan mineral, seperti potasium, vitamin B, dan vitamin C, yang berlimpah dalam buah-buahan, sayuran, dan makanan nabati lainnya.
Selain itu, peningkatan buang air kecil yang dihasilkan dari pembatasan karbohidrat dapat menyebabkan defisiensi natrium dan kalium seiring waktu.
Makan makanan seimbang dengan berbagai makanan dapat membantu memastikan Anda mendapatkan cukup nutrisi yang Anda butuhkan.
6. Bahayakan ginjal
Melansir Buku Rahasia Diet: The Concept, The Diet, The Workout (2008) oleh Denny Santoso, S.Kom., SAC.Dip., CSN, apabila metode mengurangi asupan karbohidrat dan menambah protein untuk membantu tubuh membakar lebak secara berlebih dilakukan secara terus-menerus, maka saat proses katabolik berlangsung (protein diubah menjadi glukosa sebagai energi), protein diambil dari dalam otot, sehingga massa otot akan berkurang.
Katabolik akan menghasilkan sisa berupa nitrogen yang harus dibuang melalui urine dan keringan.
Nitrogen yang dibuang melalui uirine akan membebani ginjal.
Semakin rendah asupan karbohidrat, semakin tinggi intensitas latihan, dan semakin banyak protein yang dikonsumsi dalam waktu yang lama, bakal merugikan ginjal.
Banyak minum air yang diharapkan akan memperlancar proses dalam ginjal, bahkan malah jadi membenani organ tubuh tersebut.
Kondisi itu terjadi apabila diet rendah karbohidrat dan tinggi protein diteruskan terus.
Jika ingin melakukan diet rendah karbohidrat dan tinggi protein, Anda perlu mengecek kondisi ginjal terlebih dahulu.
Apabila ada kelainan, baik secara genetika atau penyakit tertentu, jangan lakukan pola diet ini.
Bagi yang mengalami obesitas dan ingin mendapatkan hasil yang cepat, diet rendah karbohidrat boleh dilakukan, asal tidak lebih dari sebulan.
Namun tetap, kondisi ginjal Anda harus baik-baik saja. Diet rendah karbohidrat ibarat pisau bermata dua. Jadi, gunakanlah dengan hati-hati.
https://health.kompas.com/read/2020/07/22/150000968/6-bahaya-diet-rendah-karbohidrat