Pengidap sindrom asperger tidak memiliki masalah kecerdasan. Namun, mereka umumnya terkendala dengan keterampilan sosial.
Selain itu, pengidap asperger jamak memiliki keterampilan bahasa verbal yang khas dan kemampuan intelektual di atas rata-rata.
Melansir Autism Society, sindrom asperger kali pertama diperkenalkan dokter anak asal Wina, Austria, Hans Asperger pada 1940-an silam.
Dia mengamati perilaku anak mirip autisme tanpa masalah kecerdasan, tapi kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi sosial.
Sejumlah profesional kesehatan mendeskripsikan individu dengan asperger sebagai pengidap autisme ringan.
Karakteristik gejala sindrom asperger
Melansir Autism Speaks, terdapat beberapa karakteristik gejala sindrom asperger yang khas, antara lain:
Tanda atau gejala sindrom asperger juga bisa berbeda-beda antara satu pengidap dengan yang lainnya.
Setiap pengidap memiliki kecenderungan masing-masing, yang dapat digunakan sebagai bekal kekuatan para pengidapnya.
Secara umum, gejala sindrom asperger tidak seberat jenis gangguan spektrum autisme lainnya.
Melansir WebMD, jika Anda mendapati tanda-tanda sindrom asperger di atas, segera konsultasikan ke dokter.
Dokter akan memberikan rujukan ke pakar kesehatan mental yang ahli menangani gangguan spektrum autisme.
Di antaranya ke psikolog, ahli saraf anak, dokter yang menangani tumbuh kembang anak, sampai ke psikiater.
Cara menangani sindrom asperger
Pengobatan untuk sindrom asperger pada setiap anak berbeda-beda. Terkadang, dokter akan menjajal sejumlah terapi sampai menemukan jenis terapi yang paling pas.
Perawatan untuk mengatasi sindrom asperger meliputi:
Tidak ada obat untuk mengatasi sindrom asperger. Namun, dengan perawatan yang tepat, anak dengan sindrom asperger bisa tumbuh sehat dan sukses menghadapi tantangan sosial dan komunikasinya.
https://health.kompas.com/read/2021/05/22/160100268/apa-itu-sindrom-asperger-