KOMPAS.com - Banyak survei di seluruh dunia yang menunjukkan bahwa orang dewasa kerap mengalami kurang tidur.
Philips Global Sleep Survey pada 2019 menunjukkan 62 persen orang dewasa di seluruh dunia mengatakan mereka tidak tidur sesuai yang mereka inginkan.
Mengutip Single Care, survei tersebut juga menyebutkan bahwa 44 persen orang dewasa di seluruh dunia mengalami kualitas tidur yang semakin buruk selama 5 tahun terakhir.
Kementerian Kesehatan menetapkan standar orang dewasa membutuhkan tidur sekitar 7-8 jam setiap hari.
Namun terkadang, faktor pekerjaan dan gaya hidup dapat mengganggu kebutuhan untuk tidur.
Ketika waktu tidur seseorang kurang dari yang dibutuhkan atau tidak tidur sama sekali, itu disebut kurang tidur.
Secara umum, ada 5 fase kurang tidur. Tiap fase biasanya dibagi menjadi 12 jam atau 24 jam.
Gejala kurang tidur biasanya semakin buruk sesuai lamanya seseorang begadang.
Fase 1: tidak tidur selama 24 jam
Mengutip Healthline, melewatkan waktu tidur 24 jam semakin lama menjadi hal yang biasa.
Ini juga tidak akan menyebabkan masalah kesehatan yang besar, tetapi seseorang mungkin akan merasa lelah dan "tidak aktif".
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), tidak tidur 24 jam sama dengan memiliki konsentrasi alkohol dalam darah 0,10 persen.
Itu lebih tinggi dari batas untuk mengemudi secara legal.
Tidak tidur selama 24 jam dapat menyebabkan gejala, seperti:
Mengutip Each Night, CDC mengatakan sehari penuh tanpa tidur dapat meningkatkan risiko kecelakaan mobil.
Jadi, jika seseorang sudah tidak tidur selama 24 jam, mungkin baiknya hindari mengemudi atau mengoperasikan alat berat karena sangat berisiko kecelakaan.
Fase 2: tidak tidur selama 36 jam
Mengutip Healthline, ketika seseorang melewatkan tidur 36 jam, gejala pada tubuh menjadi lebih intens.
Seseorang akan memiliki keinginan yang luar biasa untuk tidur.
Seseorang mungkin mulai mengalami microsleep atau periode tidur singkat, tanpa disadari. Microsleep biasanya berlangsung hingga 30 detik.
Bagian otak yang berbeda akan mengalami kesulitan berkomunikasi satu sama lain.
Kondisi ini sangat merusak kinerja kognitif seseorang, menyebabkan gejala seperti:
Seseorang juga lebih mungkin mengalami efek fisik, seperti:
Mengutip Casper, sebuah studi menunjukkan bahwa seseorang yang tidak tidur selama 36 jam cenderung memiliki nafsu makan yang meningkat dan risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dalam jangka waktu yang lama.
Fase 3: tidak tidur selama 48 jam
Mengutip Healthline, kurang tidur selama 48 jam dikenal sebagai kurang tidur yang ekstrem.
Pada titik ini, bahkan lebih sulit untuk tetap terjaga. Seseorang lebih mungkin mengalami microsleep.
Seseorang bahkan mungkin mulai berhalusinasi, seperti melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Efek lain yang mungkin terjadi:
Fase 4: tidak tidur selama 72 jam
Mengutip Healthline, setelah 3 hari kurang tidur, keinginan untuk tidur akan semakin buruk. Seseorang mungkin mengalami lebih sering microsleep lebih lama.
Kurang tidur akan secara signifikan merusak persepsi seseorang. Halusinasi seseorang mungkin menjadi lebih kompleks.
Selain itu, mungkin juga menunjukkan gejala:
Fase 5: tidak tidur selama 96 jam atau lebih
Mengutip Healthline, persepsi seseorang tentang realitas akan sangat terdistorsi setelah kurang tidur selama 4 hari.
Dorongan seseorang untuk tidur juga akan terasa tak tertahankan.
Jika seseorang kehilangan begitu banyak waktu tidur membuatnya tidak dapat menafsirkan kenyataan, itu disebut psikosis kurang tidur.
Biasanya, psikosis kurang tidur hilang begitu seseorang cukup tidur.
Jika mengalami gejala parah akibat kurang tidur, sebaiknya konsultasikan dengan profesional medis.
Sangat penting untuk menemui dokter jika mengalami masalah tidur untuk mendapatkan waktu tidur yang dibutuhkan tubuh.
Manusia sulit beraktivitas tanpa tidur
Mengutip Each Night, pakar tidur Alicia Roth, PhD, DBSM mengatakan, “Tubuh Anda pada akhirnya akan 'mati sendiri' dan tertidur. Sangat jarang orang bisa beraktivitas lebih dari beberapa hari tanpa tidur sama sekali.”
“Penelitian tidur saat ini telah menunjukkan bahwa tidur dapat dikaitkan dengan konsolidasi memori dan regulasi emosional, selain itu kurang tidur dapat berdampak buruk,” kata Abhinav Singh, MD, direktur medis Indiana Sleep Center, seperti yang dikutip dari Single Care.
“Meningkatkan tidur telah terbukti meningkatkan kinerja, kognisi, dan bahkan membantu mengatur nafsu makan dan berat badan,” terang Dr Singh.
BMJ Open Sport & Exercise Medicine, 2018: orang yang tidur kurang dari 7 jam per malam lebih mungkin mengembangkan obesitas dari pada mereka yang tidur lebih banyak.
Harvard School of Public Health, 2021: risiko diabetes meningkat dengan terlalu sedikit tidur (kurang dari 7 jam) dan terlalu banyak tidur (lebih dari 9 jam).
Sleep Medicine Clinics, 2016: mereka yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki 20-32 persen lebih mungkin untuk mengembangkan hipertensi dibandingkan orang yang tidur 7-8 jam setiap malam.
Mengutip Single Care, studi CDC 2014 melaporkan tidur kurang dari 7 jam setiap hari berisiko mengalami:
https://health.kompas.com/read/2021/12/15/210000268/5-fase-kurang-tidur-dan-dampaknya-bagi-kesehatan