KOMPAS.com - Sebelum melakukan prosedur aborsi, penting untuk mengetahui dampak potensial yang mungkin terjadi terhadap kesehatan reproduksi wanita di masa depan.
Mengutip NHS, aborsi adalah suatu prosedur untuk mengakhiri kehamilan, yang bisa dilakukan dengan minum obat atau menjalani prosedur pembedahan.
Aborsi yang aman terhadap reproduksi wanita hanya dapat dilakukan di bawah perawatan rumah sakit atau klinik berlisensi.
Metode aborsi dibedakan dalam 2 jenis berbeda, yaitu:
Aborsi medis dan bedah umumnya hanya dapat dilakukan hingga usia kehamilan 24 minggu.
Lebih dari usia kehamilan 24 minggu, aborsi dapat dilakukan dengan lebih hati-hati, misalnya ada risiko terhadap kehidupan atau perkembangan janin.
Risiko
Terdapat sejumlah risiko aborsi yang dialami wanita menurut metode yang dilakukan.
Aborsi medis
Mengutip NHS, sebelum 14 minggu usia kehamilan, risiko aborsi medis yang utama adalah:
Setelah masuk usia kehamilan 14 minggu ke atas, risiko aborsi medis yang uatama, meliputi:
Aborsi bedah
Mengutip NHS, sebelum 14 minggu usia kehamilan, risiko aborsi bedah yang utama adalah:
Setelah masuk usia kehamilan 14 minggu ke atas, risiko aborsi bedah yang utama meliputi:
Mengutip Scdhec.gov, berikut risiko aborsi terhadap kesehatan reproduksi wanita yang secara umum bisa terjadi dan penting untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan segera:
Reproduksi di masa depan
Mengutip NHS, ada risiko aborsi yang sangat kecil mempengaruhi kesehatan reproduksi wanita dan kehamilannya di masa depan.
Seorang wanita berisiko memiliki gangguan reproduksi di masa depan, jika mengalami infeksi rahim karena efek aborsi yang tidak segera diobati.
Infeksi dapat menyebar ke salurantuba falopi dan ovarium, yang dikenal sebagai penyakit radang panggul (PID).
PID dapat meningkatkan risiko infertilitas atau kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi degan kondisi sel telur menanamkan dirinya di luar rahim.
Mengutip Compass Care, aborsi menyebabkan melemahnya serviks, sehingga meningkatkan risiko wanita melahirkan prematur di masa depan.
Dua penelitian menunjukkan bahwa satu pengalaman aborsi yang diinduksi meningkatkan risiko kelahiran prematur di kehamilan berikutnya, yaitu sebesar antara 25-27 persen.
Setelah dua atau lebih aborsi, risiko seorang wanita untuk melahirkan prematur meningkat antara 51-62 persen.
Sebuah penelitian di Kanada pada 2013 menemukan bahwa wanita yang melakukan aborsi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk memiliki anak prematur yang sangat dini (kehamilan 26 minggu).
Kelahiran prematur membawa risiko kesehatan yang serius bagi bayinya.
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk hidup hingga dewasa.
Bayi yang bertahan hidup memiliki risiko kecacatan serius yang signifikan, termasuk:
https://health.kompas.com/read/2022/03/16/120000968/risiko-aborsi-terhadap-kesehatan-reproduksi-wanita