Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Jadi Kelompok Rentan dalam Gelombang Covid-19 Varian Omicron

Kompas.com - 14/02/2022, 12:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

"Karena saking sayangnya dengan anak, anaknya sedang sekolah PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) diberi snack, makan tanpa henti. Akibatnya berat badannya naik 10-20 kilo. Anak yang tadinya sehat-sehat, kemudian menjadi pengidap komorbid karena perlakuan salah dari orangtua," tegasnya.

Haruskah Anak PJJ Lagi?

Sekolah menjadi salah satu klaster Covid-19 yang terus meningkat di beberapa wilayah, seperti Jabodetabek, Semarang, Cilacap, Pekanbaru, Pasuruan, dan beberapa daerah lainnya.

Dalam aturan SKB 4 menteri, sekolah yang berada di wilayah PPKM Level 3 diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka terbatas dan bergantian dengan syarat guru dan tenaga pendidikan sudah divaksinasi paling sedikit 40 persen dan capaian vaksinasi dosis dua pada lansia paling sedikit sepuluh persen.

Baca juga: Kenapa Vaksin Covid-19 Penting untuk Orang Dewasa maupun Anak-anak?

Masih dalam aturan yang sama, kelas hanya diperkenankan berisi 50 persen siswa dan pembatasan waktu 4 jam dalam sehari.

Aturan ini berlaku pada seluruh jenjang sekolah dari tingkat dasar hingga menengah atas.

Mengenai hal ini, Rebriarina berpendapat, aturan tersebut masih bisa dilaksanakan pada sekolah menengah (SMP-SMA) saja.

Sedangkan pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Rebriarina tidak yakin aturan tersebut bisa mencegah klaster Covid-19 karena sulitnya edukasi dan penerapan protokol kesehatan.

“Kita enggak tahu pandemi ini kapan berakhir, kalau pendidikan anak jadi jelek karena pandemi, ya, jangan sampai,” ujar Rebriariana.

“Hanya buat yang SD edukasinya, prokesnya itu agak sulit, lalu imunisasinya belum maksimal. Jadi Pembelajaran Jarak Jauh lebih tepat untuk level anak SD,” jelasnya.

Lebih lanjut, Rebriarina memberi evaluasi agar tiap sekolah difasilitasi dengan satuan tugas (satgas) Covid-19 dan menyertakan perwakilan dari tiap kelas di tiap sekolah untuk mencegah klaster.

“Sebaiknya ada satgas Covid-19 sendiri, paling tidak disertai dokter atau pakar kesehatan masyarakat dari dinas kesehatan untuk mengawal Covid-19 di tingkat sekolahan tersebut,” kata Rebriariana.

“Satgas ini juga menyertakan perwakilan masing-masing kelas, jadi anak ini juga disertakan, dengan tujuan anak dilibatkan aktif untuk mencegah penularan Covid-19. Misalnya jika ada ada teman yang tidak pakai masker, ada “polisi” anak yang mengingatkan,” sambungnya.

Baca juga: 5 Fakta Vaksin Covid-19 untuk Anak

Rebriana juga menambahkan pentingnya masing-masing anak untuk saling mengingatkan jika ada temannya yang sakit untuk tidak masuk sekolah.

“Kemudian jika ada yang tampak pilek atau batuk, anak-anak saling mengingatkan anak yang sakit tersebut supaya ijin tidak masuk terlebih dahulu. Anak-anak yang sudah besar bisa diedukasi, karena pandemi entah kapan berakhir dan kita tidak ingin kualitas pendidikan anak kita terpukul,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com