Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skizofrenia, Ibarat Merawat Porselen Retak

Kompas.com - 27/07/2008, 14:10 WIB

SIAPA menduga, Wicaksono (46) dan adiknya, Radit, yang dua tahun lebih muda, dapat menderita skizofrenia? Dari luar, orang melihat, mereka seharusnya menjalani hidup lebih mulus daripada orang lain yang pendidikannya lebih rendah dan serba kekurangan.

Dalam masalah gangguan kejiwaan, semua itu tak bisa diandaikan. Seperti dikatakan Dyah (66), adik almarhumah Ratna, ibu dari Wicaksono dan Radit, Ratna sangat menyayangi anak-anaknya, khususnya setelah sang suami meninggal saat anak-anak masih balita. Namun, menurut Dyah, rasa sayang itu tampaknya lebih didasari rasa takut kehilangan. Sampai anak-anak itu dewasa, mereka tak pernah bebas menentukan sikap.

Ketika lulus kuliah, Wicaksono yang berotak cemerlang mendapat pekerjaan bagus di luar Pulau Jawa, tetapi Ratna melarangnya berangkat. Kejadian itu terjadi berulang kali. Ketika Wicaksono akhirnya mencari pekerjaan di Jakarta dan menumpang di rumah pamannya, ia diperlakukan buruk oleh istri pamannya.

Secara perlahan Wicaksono mulai berubah, dari yang semula suka bergaul, ia mulai banyak melamun dan lebih banyak diam di kamar. Keluarganya menganggap ia hanya malas. Lalu, ia mulai suka omong sendiri.

Ketika bercerita, ia punya sahabat perempuan yang sudah meninggal dan sering mengunjunginya, keluarga besarnya, yang sangat percaya dengan dunia gaib, tak menganggap ada hal serius.

Keluarga bahkan menganggap ia disantet ketika Wicaksono mulai meludah dan buang air kecil sembarangan.

Ia juga suka membawa pisau ke mana-mana karena katanya ada orang yang hendak membunuh ibu dan adiknya. Untuk menenangkannya, ia dibawa ke pesantren besar di Jawa Barat.

Upaya medis

Karena tak ada perubahan, Wicaksono lalu dibawa ke rumah sakit jiwa di Jakarta dan Bandung, sebelum ke Lawang, Jawa Timur. Ternyata, di Lawang pun ia kabur dan berjalan kaki tiga bulan untuk pulang ke Bogor. Dokter ahli kejiwaan menyatakan, Wicaksono menderita skizofrenia.

Beban keluarga bertambah berat ketika Radit mulai berperilaku seperti kakaknya. Ia langsung dibawa ke klinik rumah sakit jiwa. ”Kata dokter, gangguan kejiwaannya tak separah kakaknya. Bisa sembuh asal diberi banyak kegiatan dan rajin minum obat,” ujar Dyah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com