TOKYO, JUMAT- Gigi geraham terakhir atau gigi bungsu ternyata bisa diekstrak untuk diambil sel punca (stem cells) yang bisa dikembangkan menjadi beragam organ dan saraf dalam tubuh. Hasil riset yang dilakukan tim peneliti dari Jepang ini membuka jalan bagi dimulainya studi-studi mengenai penyakit-penyakit yang mematikan tanpa berpotensi memicu kontroversi etik terkait pemakaian embrio.
Para peneliti dari Lembaga Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Maju (National Institute of Advanced Industrial Science and Technology) menyatakan, mereka memperoleh sel punca dengan tipe yang ditemukan dalam embrio manusia menggunakan gigi geraham bungsu yang tanggal pada seorang anak perempuan berusia 10 tahun.
"Hal ini signifikan artinya dalam dua sisi. Pertama, kita dapat menghindari isu etikal sel punca karena gigi geraham bungsu ditakdirkan untuk tanggal atau dibuang," kata ketua tim peneliti Hajime Ogushi kepada kantor berita AFP, Jumat (22/8), di Tokyo, Jepang.
Kami juga menggunakan gigi yang telah diekstrakkan tiga tahun lalu dan diawetkan di dalam tempat pembeku atau freezer," ujar Ogushi. Pengumuman hasil studi ini menindaklanjuti temuan para ilmuwan Amerika Serikat dan Jepang tahun lalu yang berhasil memproduksi sel punca dari kulit, temuan itu disambut Vatikan dan Presiden Amerika Serikat George W Bush.
Penelitian dengan melibatkan sel punca embrionik, yang dapat berkembang jadi beragam organ tubuh atau saraf, dipandang berpotensi menyelamatkan nyawa dengan membantu menemukan pengobatan penyakit seperti kanker dan diabetes. Namun, studi pada embrio ditentang keras kalangan konservatif religius, yang berpendapat riset itu menghancurkan kehidupan manusia, meski embrio itu perkembangannya masih tahap paling awal.
Pada studi baru, sel diekstrakkan dari gigi geraham susu dan dikembangkan sekitar 35 hari. Menurut Ogushi, tim peneliti yang dipimpinnya kemudian mengujinya dan menemukan bahwa sel-sel itu adalah sel punca yang dapat dikembangkan jadi beragam jenis sel manusia.
Dengan penemuan sel punca dari kulit pada tahun lalu, para peneliti Jepang menyatakan penggunaan sel punca dari geraham bungsu itu masih butuh waktu untuk diaplikasikan dalam dunia kedokteran. Ogushi memperkirakan, pengembangan sel punca ini masih butuh waktu paling cepat lima tahun untuk menempatkan metode praktik klinik di antaranya uji coba klinik penyakit tulang bawaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.