Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Angin atau Sakit Jantung?

Kompas.com - 20/04/2010, 10:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Apakah Anda sering mengalami gejala-gejala seperti ini: dada nyeri dan sesak napas? Mula-mula nyeri itu hanya terasa di dada sebelah kiri, tetapi lama-kelamaan menjalar sampai bahu, leher, dan lengan kiri. Bahkan, terkadang rasa nyeri itu bisa sampai ulu hati dan menusuk ke belakang.

Nyeri bahkan akan semakin menggila saat Anda menarik napas dalam. Rasa nyeri itu terkadang datang tidak hanya saat beraktivitas, tetapi juga saat bersantai. "Bila itu terjadi pada Anda, jangan menyepelekan gejala seperti ini," ujar Emanoel Oepangat, pakar penyakit jantung dari Siloam Hospital, Tangerang.

Menurut dia, banyak orang menyangka gejala-gejala itu sebagai masuk angin. Dugaan itu bisa jadi salah karena gejala-gejala tersebut juga merupakan tanda-tanda awal dari penyakit jantung.

Gejala awal dari penyakit jantung hampir sama dengan masuk angin. Itulah sebabnya, banyak orang yang lantas mengabaikan gejala ini. Kalaupun ada yang mengambil tindakan, mereka lebih suka mengobati dengan cara kerokan. "Padahal, kerokan hanya untuk menghilangkan angin saja," ujarnya.

Pembuluh darah menyempit

Hilangnya rasa nyeri setelah kerokan juga berarti penyakit hilang. Maklum, gejala nyeri di jantung hingga sesak napas terkadang hilang dengan sendirinya. Namun, terkadang bisa timbul disertai rasa nyeri yang hebat.

"Kalau sudah terlalu sering muncul, rasanya bisa seperti ditusuk-tusuk," imbuh Harmani Kalim, ahli penyakit jantung di Rumah sakit Harapan Kita, Jakarta Barat.

Menurut para ahli jantung, gejala seperti ini muncul karena pembuluh darah mengalami penyempitan. Alhasil, distribusi makanan bagi jantung atau oksigen tidak bisa berjalan normal. Padahal, oksigen dibutuhkan untuk mendukung kinerja jantung.

"Bila pasokan oksigen berkurang, kinerja jantung terganggu, bahkan bisa mengakibatkan serangan jantung atau yang sering dikenal gagal jantung," lanjutnya.

Oleh karena itu, para pakar jantung menyarankan agar Anda lebih waspada bila mengalami kram atau nyeri pada jantung. Apalagi bila sudah disertai dengan sesak napas.

Harmani menambahkan, timbulnya nyeri dada juga merupakan tanda telah terjadi kerusakan pada otot-otot jantung yang memompa darah. Kerusakan tersebut akan terus berkembang seiring pertambahan umur. Jadi, "Begitu nyeri terasa, lebih baik segera ke dokter atau ahli jantung," imbuh Emanoel. Maklum, jika terlambat, dokter atau ahli jantung hanya punya waktu sekitar 12 jam untuk bisa kembali melebarkan pembuluh darah tersebut.

Sikap waspada juga dibutuhkan lantaran penyakit jantung termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Kementerian Kesehatan menyebutkan, sejak tahun 2007 penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan jumlah kematian lebih dari 220.000 jiwa per tahun. Jumlah itu di atas penyakit tuberkulosis yang jumlah kematiannya 127.000 jiwa per tahun.

Angka kematian ini juga semakin bertambah setiap tahunnya seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka mengudap makanan tinggi lemak. Selain itu, faktor gaya hidup yang tak sehat, seperti gemar merokok, menenggak alkohol berlebihan, penyakit hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, juga menambah banyak deretan penderita penyakit jantung. (Adi Wikanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau