Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Positif Program Makan Bergizi Gratis untuk Anak

Kompas.com - 07/01/2025, 20:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Program makan bergizi gratis (MBG) yang menyasar anak usia dini hingga pelajar sekolah menengah atas memiliki banyak manfaat positif.

Menu makanan bergizi seimbang dan terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, dan buah, dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Apalagi kebanyakan anak lebih suka jajan di kantin atau di pinggir jalan yang tidak lengkap gizinya dan kurang higienis. Jika membawa bekal pun hanya terdiri dari nasi dan lauk saja.

"MBG bisa menyediakan empat jenis pangan, sehingga dari kualitas makanan yang disajikan maka MBG bisa dikatakan lebih baik. Kalau 4 jenis pangan tersaji maka ini sudah menunjukkan penganekaragaman konsumsi pangan yang baik," kata ahli gizi masyarakat dari IPB, Prof.Ali Chomsan saat dihubungi Kompas Health.

Pemerintah sendiri tidak menerapkan standar menu dalam program ini. Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Dedek Prayudi, menjelaskan dalam pelaksanaannya, Program MBG memiliki tiga standar, yaitu standar kecukupan gizi, standar higienitas terkait food safety, dan standar pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

“Tidak ada standar menu, yang ada hanyalah standar gizi yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi harian berupa karbohidrat, protein, dan vitamin,” ujarnya.

“Untuk menu bisa disesuaikan dengan kondisi di lapangan, seperti di Papua kebutuhan karbohidratnya berasal dari sagu, dan tadi juga ada anak yang fobia nasi, kita ganti menjadi kentang,” tambah dia.

Baca juga: Pemerintah Targetkan 5.000 Dapur Makan Bergizi Gratis di Tahun 2025

Prof.Ali menyebut, ada banyak manfaat yang akan didapatkan anak jika program MBG dilakukan secara konsisten.

Manfaat tersebut antara lain mengurangi angka absensi serta menjadi cara edukasi pola makan yang baik.

"Dampak MBG juga menjadi sarana edukasi pola makan yang baik sehingga anak memahami tentang konsumsi aneka ragam pangan," katanya.

Selain itu, hal ini juga dapat membantu meningkatkan status gizi anak, sehingga performa akademik juga meningkat.

Salah satu tantangan dari program ini adalah tidak semua anak terbiasa mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah. Sebagian anak juga mengaku tidak doyan dengan menu yang disajikan.

Agar anak bersemangat menghabiskan makanannya, Prof.Ali merekomendasikan pentingnya membuat evaluasi dan variasi menu.

"Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui jenis makanan apa yang disukai anak dan tidak disukai, sehingga ahli-ahli gizi di SPPG bisa mengembangkan menu lain yang disukai anak," ujarnya.

Sementara itu, para orangtua juga menyambut antusias pelaksanaan MBG karena meringankan beban mereka dalam menyiapkan bekal. Salah satu warga Bandung, Elis Parwati mengungkapkan, karena anaknya sudah mendapatkan makan gratis, uang jajan anaknya pun dapat ditabung.

Baca juga: MBG Resmi Dimulai, Upaya Atasi Malanutrisi dan Gerakkan Ekonomi Lokal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau