KOMPAS.com - Kematian merupakan akhir yang pasti untuk setiap orang, tetapi apa yang terjadi pada tubuh manusia setelahnya sering menjadi misteri bagi banyak orang.
Namun, ada penjelasan dalam dunia medis tentang apa yang terjadi pada tubuh manusia setelah mati.
Baca terus artikel ini untuk mengetahui perubahan fisik apa yang terjadi pada tubuh manusia setelah kematian.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Penderita Kanker Usus Besar Menjelang Kematian? Ini Ulasannya...
Dikutip dari Very Well Health dan Cleveland Clinic, berikut serangkaian perubahan fisik setelah kematian yang akan terjadi:
Kematian biasanya ditandai dengan berhentinya detak jantung dan pernapasan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa otak dapat terus bekerja hingga 10 menit setelah tubuh berhenti.
Dalam kondisi darurat, tanda-tanda vital yang dicari oleh tenaga medis untuk memastikan kematian, meliputi tidak ada denyut nadi, tidak ada napas, tidak ada refleks, dan tidak ada reaksi pupil terhadap cahaya.
Beberapa menit setelah jantung berhenti berdetak, tubuh manusia segera memasuki fase relaksasi total atau dikenal sebagai primary flaccidity.
Otot-otot menjadi kendur, termasuk sfingter, yang menyebabkan keluarnya kotoran seperti urine atau feses. Ini sering terjadi dalam beberapa menit pertama setelah kematian.
Pada fase ini, kulit juga mulai kendur (hilang ketegangan), menyebabkan struktur tulang, seperti rahang atau pinggul, menjadi lebih menonjol.
Proses ini adalah tanda awal bahwa tubuh sedang mempersiapkan perubahan besar lainnya.
Baca juga: Proses Menjelang Kematian: Apa yang Terjadi pada Tubuh?
Tubuh manusia memiliki suhu normal rata-rata 37 Celcius. Namun setelah kematian, suhu tubuh mulai menurun sekitar 0,83 Celcius per jam hingga mencapai suhu lingkungan.
Proses ini dikenal sebagai algor mortis.
Misalnya, jika seseorang meninggal di lingkungan bersuhu 25 Celcius, suhu tubuhnya akan mendekati suhu tersebut dalam waktu sekitar 12-18 jam, tergantung pada kondisi eksternal seperti kelembapan dan sirkulasi udara.
Sekitar 2-6 jam setelah kematian, gravitasi menyebabkan darah mengendap di bagian tubuh yang paling rendah posisinya.
Akibatnya, kulit mengalami perubahan warna menjadi merah keunguan di area tersebut, yang disebut livor mortis.