Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehat dengan Jamu Peras

Kompas.com - 15/05/2010, 14:13 WIB

Aneka jenis jamu instan menyerbu pasar. Namun, jamu peras berbahan rempah-rempah tetap eksis. Selain rasa lebih segar, para peminatnya menilai aman karena tanpa pengawet. Tak hanya kalangan bawah, jamu peras digandrungi masyarakat atas.

Tanpa iklan-iklan mahal, konsumen jamu peras bertambah dengan sendirinya. Melina (35), misalnya. Pengusaha perak di Kotagede itu kepincut jamu peras sejak melahirkan anak pertamanya. Mertuanya menyarankan agar ia minum jamu uyup-uyup untuk melancarkan air susu ibu (ASI).

Awalnya, ia menolak karena rasanya pahit. Tak lama, ia malah rutin minum. "Setelah merasakan khasiatnya, saya lanjutkan minum hingga anak ketiga. Saya minum dua hari sekali," katanya usai minum uyup-uyup di kios jamu peras di Kotagede, Jumat (14/5).

Bagi Melina, jamu peras lebih segar ketimbang jamu-jamu instan dengan khasiat serupa. Penyajian dengan tempurung kelapa juga sensasi tersendiri. "Karena ditaruh di tempurung, rasanya lebih enak. Baunya juga tidak terlalu menyengat," katanya.

Beda lagi dengan Subagyo (39), pelanggan jamu peras lainnya. Ia minum jamu bila merasa masuk angin dan kelelahan. Biasanya ia mengonsumsi ramuan komplit anggur, madu, dan telur bebek. Usai minum, lalu tidur. "Pagi harinya, badan bugar lagi," kata PNS itu.

Lain lagi alasan Wahyuningsih (33). Ia minum jamu kunir asem dan beras kencur menggantikan minuman ringan (soft drink). "Daripada minum es teh atau minuman kemasan lain, mendingan beras kencur. Rasanya segar dan khasiatnya jelas," katanya yang rutin beli jamu peras botolan seharga Rp 1.500 per botol tanggung.

Aneka jenis

Ada beberapa jenis jamu peras, seperti uyup-uyup, kunir asem, beras kencur, dan daun ketela. Rempah yang digunakan biasanya kencur, kunir, temu ireng, dan temulawak, selain jenis dedaunan.

Darto (60), penjual jamu peras di kompleks Pasar Kotagede, mengatakan, peminat jamu tak pernah surut. Selalu ada yang mengonsumsinya.

Ia sudah 30 tahun berjualan jamu peras. Jam operasionalnya pukul 15.30 hingga 21.00. Untuk membuat ramuan yang joss (tepat dan manjur), ia menanyakan keluhan pembeli. "Paling banyak pegal-pegal, batuk pilek, dan masuk angin. Tiap keluhan ramuannya lain," katanya.

Untuk penawar rasa pahit, Darto memberi wedang asem. Bisa juga air madu.

Salah satu kekhasan jamu Darto, ia menggunakan tempurung kelapa sebagai pengganti gelas. Pernah sekali ia mengganti dengan gelas, tapi malah diprotes pelanggan. "Ya sudah, saya pakai lagi," kata pewaris bakul jamu peras dari orangtuanya itu. (ENY PRIHTIYANI) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com