YOGYAKARTA, KOMPAS - Lebih dari 85 persen jajanan sekolah yang diuji tidak lolos uji sanitasi kesehatan Dinas Kesehatan DIY maupun Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Penggunaan pewarna dan bahan berbahaya lain yang membahayakan kesehatan anak-anak masih dijumpai pada mayoritas produk jajanan sekolah yang dijual.
Menurut Kepala Seksi Sertifikasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) DIY Rita Mahyona, pengawasan terhadap jajanan sekolah dilakukan sejak 2006. "Kami terus mengambil sampel dan sosialisasi," kata Rita, kemarin.
Untuk mendongkrak derajat kesehatan jajanan sekolah, BPOM memberi penghargaan piagam bintang keamanan pangan untuk industri rumah tangga pangan (IRTP) dan kantin sekolah. Saat ini, baru satu sekolah di DIY yang mendapat penghargaan tersebut, yaitu SMK Negeri 1 Wonosari, Gunung Kidul.
Penilaian kantin sehat tidak hanya dari BPOM, tetapi mensyaratkan kelengkapan sertifikat laik sehat dari dinas kesehatan kabupaten/kota. Di samping kantin sehat, baru 30 IRTP di DIY yang memperoleh piagam bintang satu. "Sebenarnya jumlahnya lebih dari 30, tetapi dicabut karena tak lagi memenuhi syarat," ujar Rita.
Pada diskusi tentang kesehatan makanan yang digelar di Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) DIY, Rabu lalu, anggota LOS Ananta Heri Pramono mengaku, pihaknya selalu menerima keluhan terkait derajat kesehatan jajanan sekolah dari masyarakat.
"Kondisinya memprihatinkan karena sangat membahayakan kesehatan. Sekolah seharusnya mengoptimalkan peran orangtua dalam penyediaan makanan di sekolah dan tidak menerima pedagang dari luar sekolah," ujar Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia GKR Pembayun.
Kepala Seksi Farmasi, Makanan, Minuman, dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Hardiyah Djuliani mencontohkan, sebanyak 37 dari 200 SD yang diuji sampel jajanan sekolahnya menunjukkan adanya bahan tambahan pangan berbahaya. Jajanan sekolah itu juga mengandung zat berbahaya yang bisa memicu kasus merebaknya penyakit, seperti hepatitis A yang terjadi di Sleman beberapa waktu lalu.
Belum semua
Menurut Kepala Seksi Penyidikan BPOM Bagus Heri P, pengujian sampel jajanan sekolah baru dilakukan di dua daerah, yaitu Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, menggunakan mobil laboratorium keliling. Uji sampel dilakukan petugas yang sekaligus dilengkapi tim penyuluh.
"Ketika ada bahan berbahaya yang ditemukan, penyuluhan kepada kepala sekolah atau pedagang langsung digelar di tempat," tuturnya. (WKM)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.