Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Samping Obat Tuberkulosis

Kompas.com - 07/11/2010, 03:56 WIB

 

Dr Samsuridjal Djauzi

Keponakan saya, laki-laki, berumur 22 tahun tinggal serumah dengan saya. Sebulan yang lalu dia demam dan batuk. Dia berobat ke puskesmas dan mendapat obat, namun tetap demam. Dokter puskesmas kemudian melakukan pemeriksaan rontgen dan dahak, hasilnya keponakan saya dinyatakan menderita tuberkulosis paru. Saya terkejut karena dia sebenarnya gemuk, setahu saya orang yang menderita tuberkulosis itu badannya kurus.

Ia menjalani terapi obat tuberkulosis yang dianjurkan dokter. Dalam seminggu demamnya berkurang kemudian batuk juga menurun. Nafsu makannya y mulai membaik. Apalagi dia tidak lagi keluar malam. Namun tak lama setelah itu, dia mual. Dokter memeriksa fungsi hatinya ternyata fungsi hatinya meningkat. Menurut dokter, gangguan fungsi hati tersebut mungkin akibat efek samping obat tuberkulosis.

Dokter meminta untuk menghentikan beberapa obat tuberkulosis sementara dan hanya meneruskan satu macam obat. Kata dokter, dia akan menyesuaikan obat tuberkulosis sehingga tak menimbulkan gangguan fungsi hati. Namun, keponakan saya kurang yakin pada dokter puskesmas tersebut dan ingin berobat ke dokter spesialis paru.

Apakah memang obat tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan fungsi hati? Apakah gangguan tersebut dapat normal kembali? Apakah keponakan saya dapat meneruskan pengobatan tuberkulosis di dokter puskesmas? Mungkinkah tuberkulosis disembuhkan dengan makanan yang baik saja tanpa obat? Apakah penyakit tuberkulosis paru keponakan saya dapat menular pada saya, suami, atau anak saya yang berumur dua tahun? Terima kasih atas penjelasan dokter.

J di M

Di negeri kita penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Tuberkulosis dapat menyerang paru, kelenjar limfe, selaput otak, dan tulang.

Pemerintah mempunyai program pemberantasan tuberkulosis. Melalui program ini diusahakan penularan penyakit ini menurun dengan cara mengobati penderita supaya tak menjadi sumber penularan dan mencegah penularan dengan meningkatkan

masyarakat agar peduli terhadap penyakit ini.

Untuk itu, pemerintah membiayai pengobatan dan upaya pencegahan penyakit ini. Masyarakat dapat mengikuti pengobatan tuberkulosis secara cuma-cuma di puskesmas atau rumah sakit. Pemerintah juga mengupayakan agar terapi tuberkulosis dapat dijalani oleh penderita sampai tuntas yang memerlukan waktu enam bulan.

Pada umumnya, penderita dapat merasakan manfaat obat tuberkulosis setelah dua minggu pengobatan. Gejala penyakit seperti demam dan batuk akan mulai berkurang, namun itu tak berarti obat dapat dihentikan. Cukup banyak penderita tuberkulosis yang tidak minum obat lagi karena merasa badannya sudah sehat. Tindakan ini tidak tepat karena kalau obat tuberkulosis tak diminum sampai selesai, yaitu enam bulan, maka sebenarnya tuberkulosis belumlah sembuh meski gejalanya sudah hilang. Gejala tersebut akan timbul kembali karena kuman tuberkulosisnya masih aktif.

Dokter umum mempunyai kemampuan untuk mendiagnosis dan mengobati tuberkulosis. Karena itu, keponakan Anda dapat melanjutkan pengobatan di puskesmas. Gangguan fungsi hati biasanya akan membaik kembali. Puskesmas dan dokter keluarga merupakan lini terdepan dalam mencegah dan mengobati tuberkulosis. Sedangkan dokter spesialis akan membantu jika ada kasus sulit dalam penatalaksanaan penyakit tersebut. Biasanya, dokter puskesmas atau dokter keluarga akan merujuk pasien jika memang dalam pengobatan menghadapi masalah yang di luar kemampuan mereka.

Angka keberhasilan terapi tuberkulosis amat tinggi sehingga masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan pengobatan cuma-cuma yang disediakan pemerintah. Dengan jaminan obat akan diminum sampai selesai, hasil pengobatan dalam program pemerintah ini menunjukkan hasil yang baik. Karena itulah, keluarga perlu ikut menjaga agar obat tuberkulosis dapat diminum sampai selesai, yaitu sekitar enam bulan.

Penularan

Pada penderita tuberkulosis paru yang belum diobati dapat ditemukan kuman tuberkulosis di dahaknya, pada masa ini penderita dapat menyebarkan kuman pada lingkungannya melalui udara. Karena itulah, jika penderita batuk, dia harus menutup mulutnya agar tak menyebarkan kuman ke udara. Namun jika penderita telah diobati, biasanya kumannya tak ditemukan lagi sehingga risiko menularkan pada orang lain berkurang.

Jika ada anggota keluarga yang menderita tuberkulosis, langkah pertama adalah mengobatinya sehingga dia tak lagi jadi sumber penularan. Kedua adalah dengan mencegah penularan pada anggota keluarga dengan cara penderita menutup mulut pada waktu batuk. Anggota keluarga

perlu meningkatkan kekebalan tubu dengan hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga, tidur yang baik, dan menjaga ventilasi udara di rumah agar berjalan dengan baik.

Dalam menjalani terapi tuberkulosis, adakalanya dihadapi efek samping obat tuberkulosis. Efek samping ini jarang terjadi, jika terjadi dokter akan dapat mendeteksinya dan mengatasinya. Jadi, Anda tak perlu terlalu khawatir dengan efek samping yang dialami oleh keponakan Anda. Bantulah dokter puskesmas yang mengobatinya untuk menemukan obat yang dapat ditoleransi oleh hati keponakan Anda. Biasanya, obat akan dimulai lagi secara bertahap sampai ditemukan kombinasi obat yang cocok untuk penderita.

Jadi jangan berhenti berobat jika ada efek samping obat. Makanan yang baik akan meningkatkan kekebalan tubuh dan membantu keberhasilan terapi. Namun untuk menjadikan kuman tuberkulosis tidak aktif, diperlukan obat tuberkulosis yang diminum secara teratur dan lamanya sesuai dengan lama terapi yang dianjurkan dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com