Pernyataan Paus Benedict XVI tentang penggunaan kondom untuk ”kasus-kasus khusus”, meski tetap menggunakan alasan moral, memberi dukungan berarti bagi upaya meloloskan Rancangan Undang-Undang Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health Bills, RH Bills ) di Filipina. Pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat Filipina di Manila dimulai Rabu (24/11).
”Kalau Paus memakai alasan moral penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran HIV, khususnya melindungi pasangan dari infeksi HIV, alasan moral juga bisa digunakan bagi penggunaan kondom untuk kesejahteraan keluarga,” ujar Ramon San Pascual, Direktur Eksekutif Komite Legislator Filipina untuk Kependudukan dan Pembangunan (PLCPD). Ia ditemui di Manila, Rabu.
Ringkasan buku Light of the World: The Pope, the Church and the Signs of the Times itu diterbitkan pada 20 November 2010 oleh L’Osservatore Romano, koran resmi Vatikan. Pernyataan itu mengejutkan karena pada tahun 2009 ia menyatakan, infeksi HIV di Afrika semakin memburuk dengan distribusi kondom. Pernyataan itu menuai reaksi keras dari banyak pihak. UNAIDS memperkirakan, 22,4 juta orang di Afrika terinfeksi HIV, 54 persen di antaranya (sekitar 12,1 juta orang) perempuan, dan transmisi heteroseksual merupakan modus primer. Saat ini, sekitar 60 juta orang di dunia terinfeksi HIV dan lebih dari 25 juta orang meninggal oleh penyakit terkait AIDS.
Menurut koresponden Religion News Service, Francis X Rocca, yang dikutip BBC, pernyataan Paus itu ”sangat penting dan akan mengguncangkan karena persoalan itu tetap kontroversial dan tak seorang paus pun pernah mengatakan hal seperti itu.”
Dalam buku setebal 219 halaman, Paus—menanggapi pertanyaan wartawan Katolik asal Jerman, Peter Seewald—mengatakan, kondom bukan solusi moral, tetapi dalam hal pekerja seks komersial, penggunaan kondom dimaksud untuk mengurangi risiko infeksi HIV. Solusi moral yang dimaksud adalah kesetiaan, tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan sah, dengan satu istri dan satu suami.
Pihak Gereja Katolik Filipina tetap menolak penggunaan kondom sebagai kontrasepsi artifisial dan tetap menunggu pernyataan resmi Vatikan tentang pernyataan Paus di buku itu. Sementara Malacanang (Istana Kepresidenan Filipina) menyatakan, pejabat Gereja Katolik Filipina seharusnya mengambil langkah sama dan tidak menjadi lebih Paus dari Paus.
Presiden Aquino Jr menyatakan, ia mendukung kehidupan keluarga yang bertanggung jawab, termasuk mendidik pasangan merencanakan jumlah keluarga dengan memberikan akses luas pada alat kontrasepsi artifisial, seperti kondom.
Pernyataan Paus tersebut dinilai lebih membumi. ”Pernyataan itu cukup melegakan meskipun tanpa pernyataan itu pun kondom harus digunakan untuk menanggapi berbagai persoalan sosial,” kata Ramon.
Versi menyeluruh RH Bills yang mengintegrasikan masalah kependudukan dengan pembangunan manusia sudah masuk ke DPR tahun 1999 saat jumlah penduduk Filipina sekitar 75 juta. RH Bills dibahas ketika pertumbuhan penduduk mencapai 2,04 persen setahun. Jumlah penduduk Filipina saat ini sekitar 94,3 juta orang.