Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Alergi

Kompas.com - 20/05/2011, 04:46 WIB

Callistasia Anggun Wijaya, siswi SMAK Ora Et Labora Tangerang, dulu pernah punya rambut yang tebal banget. Tetapi karena di-smoothing, rambutnya jadi rontok dan sekarang pun terasa semakin tipis. Gara-gara itu, sampai-sampai Callista harus ke dokter untuk memeriksakan rambutnya.

Hati-hati

Ternyata banyak MuDAers yang bermasalah dengan rambutnya setelah melakukan rebounding, smoothing, dan pewarnaan rambut. Ada yang rambutnya jadi rontok, kulit kepala gatal-gatal, rambut bercabang, kering, dan mekar. Jadi, sebaiknya hati-hati kalau kita mau melakukan perawatan rambut.

Dr dr Iris Rengganis SpPD K-AI, staf Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta, menyatakan, sebenarnya ada zat alergen di dalam makanan, obat ataupun cat rambut.

Zat alergen ini adalah suatu zat yang bisa menimbulkan reaksi alergi. Di sini reaksi orang akan berbeda satu sama lain, tergantung ketahanan fisiknya menahan zat alergen itu.

Sebenarnya, sebelum memulai suatu perawatan rambut, entah rebounding, smoothing, atau pewarnaan, bahan yang dipakai untuk perawatan hendaknya dites dulu ke kulit. Kalo tidak ada reaksi alergi, tentulah bisa dilanjutkan perawatannya. Tapi kalau menimbulkan reaksi alergi, sebaiknya tidak dilakukan.

Gatal-gatal di kulit kepala, kulit menjadi kemerahan, bahkan di Inggris ada remaja yang wajahnya menjadi bengkak, adalah bentuk reaksi alergi dari zat perawatan rambut.

”Kalau ke dokter, tentu akan dilakukan tes kulit. Ada dua tes yang bisa dilakukan, yaitu tes tempel plester yang sudah diberi 20 macam alergen, dan uji tusuk kulit atau prick test untuk melihat alergi makanan atau bulu binatang,” kata Iris Rengganis.

Menurut Iris, tes tempel plester itu bisa dilihat reaksinya setelah 48 jam. Ketika melakukan tes tempel plester itu, kita tidak boleh mandi guyur, juga tidak boleh minum obat yang mengandung antialergi selama satu minggu.

Kalau tes tusuk kulit, dalam 15 menit bisa langsung dibaca hasilnya. ”Satu alergen, satu jarum. Jarum ditusukkan di lengan bawah. Ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah yang bersangkutan alergi hirup bulu-bulu binatang, debu rumah, alergi makanan seperti susu, telur, udang atau kepiting,” jelas Iris Rengganis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com