Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asmat, Kaya Tapi Tertinggal

Kompas.com - 02/11/2011, 08:22 WIB

Kota Agats sendiri berdiri di atas tanah gambut. Kota ini tidak memiliki jalan raya dan jalan dibangun di atas papan selebar trotoar. Untuk menjangkau distrik lain, masyarakat biasanya menggunakan canoe atau speedboat dengan biaya sewa yang cukup mahal. Masyarakat Asmat hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari.

Penyakit kulit

Secara garis besar perjalanan bakti kasih ini memberikan sebuah gambaran jelas bahwa masih banyak penduduk terutama di pedalaman Papua yang hidupnya berada dalam kemiskinan dan ketertinggalan. Setidaknya inilah pandangan umum yang didapat dari pengamatan Gaya Hidup Sehat selama dua minggu di pedalaman Papua.

Meski zaman ini sudah bisa dikatakan modern, modernitas ini tak banyak menyentuh mereka. Memang, kebanyakan penduduk Asmat sudah tidak lagi tinggal di rumah beratap rumbia, tapi tetap saja berupa gubuk dengan dinding dan lantai papan yang sudah lapuk dan terkesan kumuh.

Mereka pun sudah mengenal telepon seluler, tetapi di pedalaman alat ini hanya berfungsi sebagai pemutar musik saja karena sinyal (hanya telkomsel yang bisa) ponsel tak menjangkau mereka. Listrik hanya bisa menyala bila menggunakan generator set yang butuh bahan bakar yang tidak murah buat mereka. Hanya di Agats, mulai bulan Oktober ini listrik sudah bisa menyala 24 jam penuh yang sebelumnya hanya dari jam setengah enam sore hingga setengah enam pagi saja.

Perilaku hidup bersih yang manjadi konsep hidup kita masyarakat kota tak mereka kenal. Mandi bagi mereka adalah dengan menceburkan diri ke sungai, apalagi cuci tangan. Itu bukan gaya hidup mereka. Sabun merupakan barang mahal yang tak bakal mereka sentuh.

Tak heran bila kita temui mereka dengan pakaian kumal, dekil apalagi tersetrika. Mungkin beberapa di antara mereka ada yang rapi, tapi itu hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di kota yang hanya sepuluh persen dari seluruh warga Asmat. Bahkan mungkin tidak sampai sepuluh persen.

Dengan suasana seperti itu tak heran bila banyak warga yang menderita penyakit kulit ditemui. "Penyakit yang biasa ada ini disebut Tinea imbricata. Ini merupakan jenis penyakit kulit yang bisa menyerang sekujur tubuh dan gatalnya bukan main. Biasa disebut dengan penyakit dollar karena bentuknya seperti dollar Amerika," jelas Irene Setiadi, spesialis kulit dan kelamin yang memimpin tim ini.

ISPA atau Asma

Selain kulit, penyakit lain yang umum melanda nyaris di hampir seluruh warga Asmat pedalaman adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Ini ditandai dengan batuk yang tak berkesudahan dan sesak napas di beberapa orang. "Bisa jadi ini juga merupakan gejala asma atau TB (tuberkulosis)," jelas Irene.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com