Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesehatan Reproduksi Orang Muda Diabaikan

Kompas.com - 03/11/2011, 06:43 WIB

Tak mengherankan kalau pemerintah gagal melindungi warganya dari infeksi seksual menular, termasuk HIV/AIDS, dan gagal melindungi perempuan dari kematian karena praktik aborsi tak aman.

Menurut Direktur Eksekutif UNFPA (1987-2000) Dr Nafis Sadik, Asia merupakan rumah bagi separuh orang muda berusia 15-24 tahun. ”Kemampuan mereka membuat keputusan secara bebas dalam menentukan besarnya keluarga akan menentukan masa depan kawasan ini.”

Ironisnya, banyak pemerintah mengabaikan kelompok besar orang muda. ”Pertumbuhan ekonomi mengubah banyak hal, tetapi dalam soal hak dan kesehatan reproduksi dan seksual, orang muda tidak dapat informasi dan pelayanan memadai. Pihak paling menderita adalah anak perempuan dan perempuan muda, tetapi berdampak pada seluruh perkembangan di kawasan ini.”

Di banyak negara, separuh perempuan muda menikah sebelum usia 18 tahun. Implikasinya serius, tegas Dr Sadik. Risiko kematian saat melahirkan tinggi. Ketergantungan pada suami dan komunitas juga tinggi.

Saira Shameen dari Asian Pacific Resource and Research Centre for Women mengingatkan, isu pengendalian kesuburan berkaitan dengan kekuasaan perempuan mengambil keputusan atas tubuhnya, maka perkawinan usia remaja, apalagi di bawah kuasa dogma, menghapus kebebasan perempuan. Ia juga menghadapi risiko kekerasan dan infeksi seksual menular.

”Berbagai survei menunjukkan, 90 persen infeksi HIV terjadi pada ibu rumah tangga yang hanya berhubungan seks dengan suaminya,” lanjut Dr Sadik.

Terus terabaikan

Menurut Dr Sri Kusyuniati, Kepala Perwakilan Rutgers WPF di Indonesia, lembaga internasional untuk isu RSHR, ”Tiga kali sensus penduduk mengindikasikan kemunduran. Rata-rata usia perkawinan semakin muda, 20 tahun, 18 tahun, dan rata-rata 15 tahun dalam Sensus Penduduk 2010. Di Belanda hasilnya terbalik. Pendidikan komprehensif soal seksualitas membuat orang muda tahu risiko dan tanggung jawab.”

Jumlah penduduk berusia 10-24 tahun di Indonesia, kata Kepala Perwakilan UNFPA di Jakarta, Jose Feraris, mencapai 64 juta, atau 27 persen dari populasi, tetapi kecil aksesnya pada informasi, pendidikan, pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari mengingatkan maraknya kasus trafficking, korbannya para gadis dan perempuan muda.

Forum orang muda dalam APC RSHR mengungkapkan, angka kelahiran di kalangan remaja mencapai 53,7 di Asia Selatan (53,7 kelahiran dari 1.000 perempuan berusia 15-19 tahun) dan 40,4 di Asia Tenggara.

International Herald Tribune (9/12/2010) melaporkan ratusan bayi yang ditinggalkan di tempat-tempat umum di Malaysia, empat tahun terakhir. Sebagian besar bayi itu diduga dilahirkan oleh remaja.

Fransicso Dela Tonga dari Filipina mengungkapkan,Gereja Katolik Filipina, melalui wakilnya di parlemen, terus menolak Rancangan Undang-undang Kesehatan Reproduksi yang mempromosikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual dalam sistem pendidikan.

”Pengabaian ini harus diakhiri,” tegas Ketua Jaringan Orang Muda Federasi Keluarga Berencana Internasional Kawasan Asia Selatan, Sfefa Ahmed. Ia menyerukan pendidikan seksualitas yang komprehensif bagi anak muda, pelayanan kesehatan yang ramah, dan pengakuan pada keberagaman pada anak muda, termasuk keberagaman orientasi seksual.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com