Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelar "Superwoman" untuk Siapa?

Kompas.com - 16/12/2011, 13:36 WIB

KOMPAS.com - Sosok perempuan seperti apa yang layak menerima julukan superwoman atau wanita tangguh? Dalam talkshow bertema "Superwoman Rocks!!! diadakan perusahaan asuransi Sequislife, Psikolog Alexander Sriewijono mengajak 10 perempuan pekerja media, peserta talkshow, untuk menggali pribadi, merangsang otak untuk kembali berpikir tentang diri, untuk mengenali dan memahami seperti apakah superwoman.

Siapakah perempuan itu?

Sebutkan satu kata yang muncul di benak Anda, yang dapat mewakili sosok perempuan? Walaupun, mungkin satu kata takkan cukup mewakili perempuan. Banyak pernyataan yang muncul tentang perempuan, seperti perempuan itu multitasking, serbabisa, intuitif, tegar, kuat, dan lainnya.

Mengapa kata-kata ini dapat dengan mudahnya bermunculan satu persatu? Mudah saja menelusurinya. Perempuan terbukti tangguh menjalani banyak peran. Sebagai dirinya, istri, ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bahkan teman dan sahabat perempuan.

Kebanyakan perempuan, terdidik sejak kecil untuk memerhatikan banyak hal karena ia bertumbuh dengan emosi dan kepekaan yang mendalam. Kepekaan ini telatih dengan baik lantaran perempuan boleh menangis saat ia sedih atau merasa sakit karena terjatuh sejak kecil. Perempuan boleh bermain boneka juga boleh bermain sepeda. Perempuan pun menjadi serba bisa.

Perempuan multitasking, karena sejak kecil ia dibentuk menjadi pribadi demikian. Saat dewasa, kebisaan perempuan menjalani berbagai hal, memerhatikan segalanya dan bahkan merasa mampu melakukan semua hal, untuk dirinya, anak-anaknya, orangtuanya, keluarganya, bahkan orang lain di sekitarnya.

Sosok perempuan seperti inikah yang lantas layak menerima gelar sebagai superwoman? Atau perlu ditambahkan lagi, selain multitasking, perempuan juga layak mendapat gelar superwoman jika ia memiliki posisi tinggi dalam perusahaan. Atau perempuan yang merasa kuat dalam menjalani berbagai tantangan dalam hidupnya, juga bisa dikategorikan superwoman.

"Superwoman adalah mereka yang mampu menggunakan apa yang ada dalam dirinya, melakukannya sehari-hari, dan memberikan hasil dalam hidupnya. Ia tak hanya sekadar merasa, merasa kuat misalnya, namun ia membuktikannya dan mendapatkan hasilnya. Salah satu hasilnya, ia menjadi inspirasi bagi anak-anaknya. Menjadi superwoman karena menginspirasi dengan segala kebiasaannya," jelas Alex, salah satu pendiri Daily Meaning, lembaga konsultan pengembangan pribadi.

Alex kembali menegaskan, untuk menjadi superwoman, perempuan harus tahu apa yang ia bisa, merasa seperti apa, tahu betul harus melakukan apa dengan kebisaan dan sesuatu yang dirasakannya tersebut, dan ia memahami hasil dari apa yang dilakukannya.

"Perempuan sebagai menteri dalam rumah tangga. Dalam diri superwoman ada banyak kementrian. Dalam negeri atau domestik, pendidikan, keuangan, atau bahkan menteri agama yang memberikan kedamaian bagi seluruh anggota keluarganya. Superwoman bisa menjadi banyak menteri, dalam menjalankan perannya, namun bukan sekadar menjalankan status," tegasnya.

Siapa dan bagaimana

Superwoman tahu siapa dirinya dengan segala perannya, dan memahami bagaimana menjalankan perannya tersebut. Sebagai istri dan ibu misalnya, superwoman bukan sekadar menjalani status istri dan ibu. Tapi ia memiliki pengetahuan dan mengenali dirinya, bagaimana menjalani peran tersebut dan memahami ibu dan istri seperti apa dirinya. Bukan hanya karena Anda punya anak dan suami, lantas Anda disebut sebagai perempuan lengkap yang memiliki dan mampu menjalankan semua peran tersebut, si superwoman.

Alex memberikan contoh, superwoman, dengan perannya sebagai ibu, mengambil keputusan dengan tepat untuk kebaikan keluarganya. Misalnya, dengan uang Rp 50.000, seorang ibu atau istri, dapat memanfaatkan uang tersebut untuk menikmati akhir pekan berkualitas bersama suami atau anak-anaknya. Contoh lain, waktu 16 jam di akhir pekan akan menjadi waktu yang berkualitas di tangan seorang superwoman.

Sayangnya, sebagian besar perempuan masih bicara statusnya sebagai istri atau ibu. Belum semua perempuan teredukasi dengan baik, apa yang bisa dilakukannya dengan status yang ia miliki tersebut, kata Alex.

"Orangtua zaman sekarang, cari uang, cari sekolah bagus, menggiring anak ke sekolah bagus tersebut, lalu menganggap tugasnya selesai. Lalu, saat rapor anak merah, orangtua marah ke sekolah karena sudah merasa membayar mahal tapi mendapatkan hasil yang tak sesuai. Padahal, tunggu dulu, boleh jadi masalahnya bukan terletak pada sekolahnya," Alex memberikan gambaran sekaligus realitas yang rasanya dapat ditemui di keluarga modern saat ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com