Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara, Negeri yang Penuh Misteri

Kompas.com - 21/12/2011, 05:52 WIB

Tak bisa bertanya

Apakah akan lebih tertarik jika berada di sana? Sungguh tidak ada hal yang bisa diketahui dengan pasti. Anda tidak dapat meminta pertolongan dari seseorang dan mendapatkan jawaban pertanyaan. Negeri ini penuh misteri.

Salah satu alasan mengapa hanya ada sedikit mobil di Pyongyang tidak lain karena sulitnya mendapatkan bahan bakar. BBM impor sangat mahal.

Bersenang-senang, minum minuman keras, dan menari tidak dilarang, tetapi kebanyakan orang lebih suka menghabiskan waktu mereka di rumah dengan teman dan keluarga. Berkurangnya polusi tidak berarti ada komitmen kuat pemerintah untuk mengatur kualitas udara.

"Meski demikian, tidak berarti tidak ada kegiatan industri di sini, atau bukan sedang terjadi kesulitan ekonomi," kata Cockerell.

Dalam beberapa tahun terakhir, Cockerell melihat pedagang China menjual pakaian. "Pakaian dijual murah, modelnya sangat terbatas. Hanya sedikit orang yang menggunakan telepon seluler," katanya.

Menurut Cockerell, para wisatawan tidak boleh membawa telepon seluler saat masuk ke negeri itu, tetapi akan mendapatkannya kembali ketika meninggalkan negeri itu. Akan tetapi, iPad, komputer, dan perangkat digital seperti membaca, diperbolehkan. Kondisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.

Koryo dapat mendatangkan sekitar 1.500 turis asing ke Korut, termasuk kunjungan dua hari senilai sekitar 700 euro. Cukup banyak juga turis yang melakukan perjalanan selama 16 hari. Selama tur yang panjang ini, Koryo menggunakan pesawat carter swasta untuk terbang ke pantai barat atau daerah tujuan wisata lain walau bisa juga menggunakan kereta api.

Sebagian besar bangunan di Pyongyang dirancang berbentuk kotak dan datar. Kota ini dihiasi dengan monumen-monumen raksasa aneh. Gambar pemimpin Kim Jong Il bertebaran di banyak tempat. Tidak ada agama yang terorganisasi dengan baik di sini, dan hanya ada sedikit gereja di Pyongyang. "Saya yakin orang merasakan kehancuran yang luar biasa itu saat ini," kata Cockerell. (CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com