Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Cairan Kimia

Kompas.com - 01/04/2012, 03:15 WIB

Simbolon juga tidak mengetahui secara pasti asal cairan kimia tersebut. Pasalnya, saat bentrokan terjadi, kondisi gelap. Sebelum bentrokan pecah, ia hanya mendengar petugas berteriak agar wartawan menyingkir.

Setelah itu, ada tembakan dari pistol gas air mata dan meriam air. Saat itulah Simbolon merasa pundak dan kepalanya panas. Ada cairan putih yang membekas di kaus dan membuat kulitnya melepuh dan terluka seperti borok. Simbolon ragu cairan kimia itu dari demonstran.

”Yang jelas panas sekali di kulit. Saya bertemu warga dan ditolong dengan sabun colek,” katanya.

Karena kulit terasa sakit, ia pun akhirnya memutuskan pulang. Keesokan harinya, Sabtu, saat berobat, ia dinyatakan oleh dokter terkena cairan kimia. Dokter lalu memberinya salep dan antibiotik.

Alvi mengalami hal senada. Saat merekam bentrokan, tiba-tiba terasa panas di pundak dan kepala. Ia sempat mengira terkena air cabai, tetapi rasa panas kian menjadi. Pada lensa kamera pun cairan putih itu membekas.

Walaupun tidak merusak baju, kata Alvi, cairan itu bisa merusak kulit. Ia mendapat luka seperti borok di dahi, bahu, ketiak, tangan, paha, dan kaki.

Alvi menyatakan, situasi yang kacau dan gelap saat bentrokan terjadi menyulitkannya mengetahui siapa yang melemparkan cairan kimia tersebut.

”Saat saya kepanasan, ada petugas bilang jangan disiram air. Saya tidak mengerti maksudnya,” katanya.

Sementara itu, Ajun Inspektur Satu Sujono, yang terkena cairan kimia di bagian kuping dan leher kanan, menduga cairan itu berasal dari demonstran. ”Itu dari arah pengunjuk rasa,” katanya.

Semua jadi korban

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com