Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stigma yang Hambat Pengobatan

Kompas.com - 08/05/2012, 02:50 WIB

Perubahan jenis-jenis perasaan dan lama waktu terjadinya inilah yang membuat bipolar memiliki sejumlah tipe (Grafis). Namun, tipe yang paling banyak terjadi adalah bipolar tipe I dan tipe II.

Menurut Agung, bipolar I ditandai dengan manik parah yang minimal satu minggu dan kadang diikuti depresi minimal dua minggu. Adapun bipolar II ditandai dengan depresi panjang yang diikuti hipomanik minimal empat hari dan tidak mengarah ke manik.

Prevalensi global penderita bipolar I diperkirakan 1 persen, sedangkan bipolar II sebesar 1,1 persen. Jika penduduk Indonesia saat ini sekitar 240 juta jiwa, ditaksir ada 2,4 juta orang penderita bipolar I dan 2,6 juta penderita bipolar II.

Rasio kasus bipolar I pada laki-laki dan perempuan sama. Adapun jumlah perempuan penderita bipolar II dua kali lipat lebih banyak dibandingkan penderita laki-laki. Jenis mood yang pertama kali dialami laki- laki umumnya manik, tetapi pada perempuan justru depresi.

Genetik

Anggota Majelis Kehormatan Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Tuti Wahmurti A Sapiie mengatakan, otak penderita bipolar sama dengan orang normal. Tetapi, ada gangguan dalam neurotransmitter (penghantar sinyal) yang membuat sistem pengiriman pesan ke otak kacau sehingga memengaruhi perubahan perasaan penderita.

Namun, penyebab gangguan pada neurotransmitter itu belum diketahui pasti. Sejumlah faktor risiko yang memicu bipolar antara lain berupa kondisi genetik, kerusakan otak, dan kondisi psikososial yang memicu stres.

Sebanyak 79 persen kasus bipolar disebabkan oleh faktor genetik. ”Tetapi, bukan berarti yang memiliki gen tersebut pasti akan bipolar. Gen ini akan memicu terjadinya bipolar jika penderita mengalami stres psikososial yang ia tidak mampu untuk mengatasinya,” kata Tuti.

Karena itu, penting melatih otak anak-anak sejak dini sehingga mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi sehari-hari. Pelatihan otak ini akan membuat emosi anak kuat sehingga tidak mudah depresi meski dihantam berbagai persoalan hidup terus menerus.

Cedera otak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com