Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/08/2012, 13:59 WIB

Sedangkan dokter ahli pernapasan atau paru hanya memandang asma sebagai masalah utama, padahal penderita asma juga sering mengalami gangguan saluran cerna seperti gastrooesephageal refluks, mual atau nyeri perut. Demikian juga ahli THT hanya melihat gangguan sinusitis yang dipicu alergi, tetapi tidak melihat keluhan sensitif saluran cerna. Sebaliknya, dokter ahli saluran cerna hanya melihat keluhan saluran cerna tersendiri padahal keluhan asma, rinitis dan dermatitis yang menyertai adalah termasuk kesatuan dalam gangguan penyakit itu.

Alergi makanan harus dicurigai sebagai penyebab gangguan manifestasi alergi selama ini bila terdapat gangguan saluran cerna. Tetapi sayangnya gangguan saluran cerna tersebut sangat ringan dan dianggap biasa sehingga lepas dari pengamatan penderita ataupun bahkan seorang dokter ahli. Bila hal ini terjadi maka seringkali terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab alergi. Sehingga sering overdiagnosis, bahwa penyebab alergi adalah debu dan udara dingin, padahal alergi makanan sangat mungkin berperanan penting.

Gangguan saluran cerna yang terjadi adalah :

-  Pada Bayi : bayi mengalami gastrooesepageal refluks, sering muntah/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis atau hidrokel. Air liur berlebihan. Lidah atau mulut sering timbul putih, bibir kering dan kadang kehitaman sebagian

-  Pada Anak dan Dewasa : Pada usia anak keluhan muntah semakin berkurang tetapi masih sering mengalami mudah muntah bila menangis, berlari atau makan banyak atau bila naik kendaran bermotor, pesawat atau kapal. Sering mengalami mual terutama pagi hari bila hendak gosok gigi atau sedang disuap makanan.Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering glegekan, sering kembung, sering buang angin dan buang angin bau tajam. Sering nyeri perut. Pada penderita dewasa sering megalami gejala penyakit “maag”, dyspepsia atau Iritable Bowel Syndrome.

Penanganan
- Anak-anak yang berjalan jinjit kemungkinan besar mengalami masalah sensorik. Sehingga bisa dilakukan terapi sensoris meski terjadi pada anak normal.
- Intervensi dini merupakan kunci, baik untuk yang memang dicurigai autisme atau memang berjalan jinjit karena gangguan sensorik.
- Kebanyakan kondisi ini akan membaik sendiri selama masa kecil.
- Pengobatan penderita gangguan sensoris dengan disertai jalan jinjit jarang diperlukan untuk anak-anak yang berusia 6 tahun ke bawah. Penderita jalan jinjit disertai pemendekan tendon Achilles atau otot betis. Mungkin diperlukan operasi.
- Bila gangguaj sensoris disertai gangguan alergi saluran cerna sebaiknya dikonsultasikan pada dokter alergi atau ahli l;ainnya. Ternyata saat dilakukan pengendalian alergi gangguan sensoris yang tiimbil bisa berkurang.

Terapi Sensoris
- Tidur telentang dan diam (tidak bergerak). Terapi ini bertujuan agar si kecil mampu merasakan (aware) keberadaan dirinya.
- Usapan meyeluruh dari kepala, bahu, tangan, pinggang, paha, kaki, telapak kaki bertujuan untuk menenangkan,relaksasi otot-otot yang tegang.
-  Usapan di bagian kepala, termasuk amat, hidung, mulut, telinga. Bertujuan untuk relaksasi mengurangi sensitivitas pancaindra, dan meningkatkan awareness terhadap organ indra.
- Usapan berbentuk angka 8 di pinggang ke paha, juga dari dada ke lengan. Berfungsi sebagai brain gym pasif, salah satu bentuk stimulasi untuk melatih koordinasi gerak tubuh.
- Usapan di Tendon Guard (lipatan bahu, bawah rusuk, atas tulang panggul). Bertujuan untuk relaksasi tendon sekaligus mengencangkan otot-otot yang lembek.
-  Usapan di kaki. Bertujuan untuk melatih reflex babinski. Bagi yang refleksnya terlalu besar, dikurangi. Biasanya, ini dilakukan pada anak yang berjalan jinjit.
- Tidur miring, diusap sepanjang sisi abdomen. Bertujuan untuk mengenalkan reflex gallant (keseimbangan kanan dan kiri). Saat masa sekolah, ini bisa mengurangi resiko kesulitan belajar.
- Usapan di bahu (mobilisasi bahu) bertujuan agar pada anak-anak kebutuhan khusus, biasanya, bahunya selalu naik karena tegang (sikap defensif). Usapan berguna untuk merilekskan dan mengurangi sensitivitas bahu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com