Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Menua dengan Cepat...

Kompas.com - 09/11/2012, 05:29 WIB

Menurut Eduardo Klein, biaya menangani demensia di dunia tahun 2010 sekitar 604 miliar dollar AS. ”Setiap empat detik di dunia terdapat satu kasus baru demensia,” ujar Martina. ”Jumlah penderita demensia di dunia 36 juta jiwa, menjadi 65,7 juta jiwa tahun 2030. Di Indonesia sekitar 1 juta jiwa pada tahun 2010, menjadi 3 juta jiwa tahun 2050.”

Martina mengatakan, tak ada negara yang benar-benar siap menghadapi persoalan ini. ”Pendekatan yang efektif adalah mencegah, dengan mengendalikan faktor risiko yang bisa dikurangi, seperti kolesterol, diabetes, dan depresi.”

Penurunan kemampuan dan kesehatan membuat lansia rentan didiskriminasi dan diasingkan. Sekitar 67 persen lansia di negara Kamboja, Fiji, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam –seperti direkam dalam laporan UNFPA–merasa didiskriminasi serta mengalami kekerasan fisik dan psikologis.

Harus tersistem

Sementara itu, tujuh undang-undang dan peraturan terkait lansia tak mengubah secara signifikan kesejahteraan lansia. Mantan Ketua Tim Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Dr Sulastomo mengatakan, kebijakan populis tak menyelesaikan soal, malah rentan membangkrutkan keuangan negara.

Dikatakan, kalau sistem jaminan sosial yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan swasta terbentuk dan dikelola transparan, bebas korupsi, banyak hal bisa diselesaikan. Sekarang masih jauh, padahal situasinya mendesak.

Sulastomo mengutip pernyataan Alan Greenspan di majalah Fortune, September 2012, ”If you get the right people in the room, you can solve Social Security in 15 minutes, and the first seven minutes are pleasantries.”

Greenspan adalah Ketua Komisi Nasional Reformasi Jaminan Sosial AS, yang tahun 1983 melaporkan hasil kajian tentang jaminan sosial kepada Kongres, karena persoalan lansia akan menguras dana.

”Artinya, kalau ada kehendak politik, pasti bisa,” kata Sulastomo, ”If you get the wrong person, ya kolaps seperti Yunani.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com