Kuburan Rosalina berada persis di samping rumah. Kuburan itu dikeramik dengan bantuan warga Dusun IV.
Katnesi mengisahkan, peristiwa yang menimpa istrinya itu mirip mimpi. Jumat, 2 November, pukul 05.30 Wita, ia bersama Rosalina mencari dukun kampung untuk mengobati ayah Rosalina, Moses Mbait (59), yang sakit setelah jatuh dari pohon.
”Orang itu mengobati bapak mertua hanya sekejap langsung sembuh. Kemudian, saya bersama istri ke rumah dukun mengucapkan terima kasih. Pulang dari dukun, perut istri saya terasa mulas,” kata Katnesi.
Menurut perhitungan, Rosalina belum melahirkan hari itu. Menurut dokter, baru pekan depan ia melahirkan. Ternyata rasa mulas makin menjadi.
Dukun bersalin, Ny Antonia Nitbani (54), pun didatangkan. Ia, dibantu tiga ibu, mempercepat proses kelahiran Rosalina.
”Tidak lama kemudian, saya dengar suara di dalam kamar itu, kuat, tahan napas, lagi… lagi…. Kemudian terdengar tangisan bayi pukul 07.00. Saya merasa lega. Tapi ternyata ari-ari bayi belum keluar dari rahim,” Katnesi bertutur sambil meneteskan air mata.
Karena ari-ari tak kunjung keluar dan kondisi Rosalina makin payah, Katnesi berusaha menelepon sejumlah sopir yang ia kenal. Namun, telepon seluler milik Katnesi sulit beroperasi normal karena baterai melemah. Sehari sebelumnya sampai pagi listrik di dusun itu padam.
Tepat pukul 08.15, mobil puskesmas keliling (pusling) melintas di depan rumah. Katnesi bersama beberapa pria menghentikan mobil itu dan meminta untuk mengantar Rosalina ke Puskesmas Tarus, sekitar 15 kilometer dari Dusun IV.