Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Hamil

Kompas.com - 23/12/2012, 03:20 WIB

DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Saya sudah dua tahun ini menikah dan sekarang berumur 27 tahun. Suami sudah beberapa kali bicara mengenai upaya untuk memperoleh anak. Namun, terus terang saya masih menghindar karena saya penderita asma. Saya khawatir kehamilan akan memperberat asma saya. Selain itu, saya takut, asma ataupun obat asma akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan anak yang saya kandung kelak. Saya mendapat info bahwa penyakit asma diturunkan. Saya tidak ingin anak saya juga akan menderita asma seperti saya.

Riwayat asma saya panjang. Saya menderita asma sejak kecil disertai dengan pilek yang terus-menerus, terutama pada pagi hari. Setiap mandi pagi saya pilek dan tak jarang disertai juga dengan batuk-batuk dan sesak napas. Pilek biasanya akan menghilang sekitar pukul 10.00, tetapi kadang-kadang batuk dan sesak menetap.

Saya membawa obat ke sekolah. Ini agak menyulitkan karena saya harus minta izin guru meninggalkan kelas jika ingin minum obat.

Pilek saya berkurang dan hilang pada waktu saya di sekolah menengah umum, tetapi asma masih sering datang. Saya pernah berkali-kali harus berobat ke unit gawat darurat dan pernah mengalami perawatan di rumah sakit sebanyak tiga kali.

Untunglah dalam dua tahun terakhir ini, terutama setelah menikah, serangan asma hampir tak pernah datang lagi. Saya dapat bekerja dengan tenang, tetapi saya harus tetap mengonsumsi obat asma. Obat yang saya gunakan adalah bentuk hirupan. Saya harus menghirupnya dua kali setiap malam. Kadang-kadang jika ada rasa sesak, saya tambahkan pemakaian obat hirupan satu atau dua kali. Biasanya rasa sesak akan hilang.

Saya ingin memperoleh penjelasan dampak asma terhadap kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin. Apakah penderita asma harus menjalani operasi caesar jika melahirkan? Bagaimana cara mencegah agar anak saya tidak terkena asma atau penyakit alergi lainnya? Terima kasih atas penjelasan dokter.

R di M

Jawab

Penderita asma yang penyakitnya terkendali dapat hamil dan melahirkan dengan aman. Jika diperhatikan, riwayat asma Anda tampaknya sekarang sudah terkendali baik. Untuk lebih meyakinkan, Anda dapat melakukan pengukuran dengan skor asma, apakah asma Anda sudah terkendali dengan baik atau terkendali total. Tingkat pengendalian yang paling tinggi adalah terkendali total. Penderita asma yang dapat mencapai tingkat terkendali total dapat mengikuti berbagai kegiatan fisik berat tanpa khawatir akan mendapat serangan asma.

Anda mungkin pernah membaca tentang seorang atlet renang olimpiade yang menderita asma. Dengan asma yang terkendali total, dia dapat mengikuti pertandingan yang akan menguras energi. Di samping menggunakan obat asma, jangan lupa menjaga lingkungan Anda agar bebas dari berbagai alergen karena tampaknya rinitis kronik yang pernah Anda alami adalah rinitis alergik. Faktor alergi juga dapat mencetuskan serangan asma.

Sebagian penderita rinitis alergik jika diteliti lebih lanjut biasanya juga mengalami asma. Sebaliknya, penderita asma jika ditelusuri sebagian juga menderita rinitis alergi. Keadaan bersama ini juga perlu diperhatikan dalam terapi. Jika dokter mengobati rinitis alergik dan juga mendapatkan asma, selain terapi rinitis alergik, terapi asma perlu diberikan. Begitu pula sebaliknya, jika penderita asma disertai rinitis alergik, selain terapi asma, perlu diberikan terapi rinitis alergik.

Asma dan kehamilan

Penderita asma yang mengalami kehamilan asmanya dapat membaik, memburuk, atau tidak mengalami perubahan. Jika mengalami perburukan, biasanya perburukan asma terjadi pada kehamilan minggu 29 sampai 32 dan membaik kembali pada empat minggu terakhir kehamilan. Pada umumnya jarang ditemukan keadaan asma memburuk pada akhir kehamilan, terutama jika asmanya sejak semula telah terkendali.

Obat-obat yang sering digunakan pada asma, seperti teofilin, obat hirupan agonis beta, dan obat hirupan steroid, tidak berpengaruh buruk pada kehamilan dan janin. Memang pernah dilaporkan kejadian bayi lahir prematur dan berat bayi rendah pada penggunaan obat steroid oral, tetapi belum dapat dipastikan apakah kejadian tersebut benar disebabkan oleh obat steroid oral atau sebab lain. Lagi pula dewasa ini penggunaan obat steroid oral pada asma sudah jarang diberikan. Obat tersebut hanya diberikan pada serangan asma yang berat. Karena itu, terapi asma pada kehamilan adalah dengan memberikan obat yang optimal untuk mencapai dan mempertahankan kualitas hidup ibu dan perkembangan janin yang baik.

Pada dasarnya, dalam menata laksana asma pada kehamilan perlu dilakukan penyuluhan agar pasien memahami kondisinya, menghindari faktor pencetus serangan, menilai pencapaian kontrol asma, dan memantaunya. Jika terjadi serangan asma akut pada kehamilan, serangan tersebut harus diatasi secara adekuat. Pasien yang pernah mengalami serangan akut ini perlu dipantau secara lebih ketat.

Melahirkan secara normal

Pada umumnya, perempuan hamil dengan asma dapat melahirkan secara biasa karena sekitar 90 persen perempuan hamil tidak mempunyai gejala asma pada persalinan. Jika terjadi gejala, terapi dilakukan dengan obat pelebar bronkus (bronkodilator) dan obat pengendali asma (kontroler).

Masih banyak pendapat mengenai cara mencegah alergi pada bayi yang lahir dari ibu yang alergi. Pada umumnya para pakar tidak menganjurkan diet ketat alergi untuk menjamin pertumbuhan janin.

Pada masa menyusui dianjurkan agar bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif. Artinya, bayi hanya diberi ASI selama enam bulan tanpa diberi susu lain atau makanan lain. Sang ayah dapat membantu dengan tidak merokok di rumah. Lingkungan hidup bayi diusahakan bersih. Debu di lingkungan bayi seminimal mungkin. Risiko timbulnya alergi pada bayi yang lahir dari orangtua yang mempunyai penyakit alergi memang lebih tinggi. Namun, itu tidak berarti bahwa jika ibu asma, anaknya juga akan menderita asma.

Pada dasarnya, Anda tidak perlu khawatir untuk hamil meski Anda menderita asma. Perlu diusahakan agar asma Anda dapat terkontrol total sehingga diharapkan kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com