Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2013, 07:55 WIB

Membawa Damai

Tabungan emosi bahagia bisa kita tingkatkan dengan mengembangkan jiwa pemaaf, alias cinta damai. Perhatikan Nasihat kuno ini, "Berbahagialah kamu yang membawa damai" masih relevan bagi kita. Prinsip hidup ini memberitahu kita cara berbahagia. Kita diminta mendistribusikan damai pada sesama. Terutama  yang sedang tidak memiliki damai. Seorang pendamai memiliki jiwa pemaaf. Mereka cakap menjadi mediator bagi sesamanya yang sedang konflik. Tentu orang yang sedang tidak berdamai dengan dirinya sendiri tidak mungkin mampu mendistribusikan damai ini.

Sebaliknya ia berpotensi membuat orang lain merasa tidak damai alias kecewa. Mereka yang defisit rasa damai dan kasih, berpotensi menjadi pribadi yang rentan konflik. Meski TAHU berdamai itu baik dan MAU berdamai dengan sesama tapi dia tak akan MAMPU melakukannya. Hanya orang yang berdamai dengan Tuhan dan dirinya sendiri dapat membawa damai pada sesama. Buah membawa damai adalah kebahagiaan. Bahagia artinya menikmati kesenangan dan penderitaan secara seimbang. Kebahagiaan membuat seseorang stabil, punya daya tahan dan daya juang.  Modal yang baik membangun karir dan keluarga.

Orang yang bahagia rela membayar harga demi kebahagiaan musuhnya. Sebaliknya, mereka yang tidak bahagia senang melihat orang lain (musuhnya) gagal dan menderita. Miskin empati. Orang yang tidak bahagia enggan melihat orang yang pernah melukainya bahagia. Ia (masih) menyimpan rasa iri dan marah. Sementara itu ada juga orang yang berpura-pura damai, bebas konflik. Mereka rela hidup MUNAFIK agar diterima sesamanya. Supaya dilihat  sebagai pemaaf.

Rasa damai semu dan para pendamai palsu ini banyak disekitar kita. Orang bijak dapat membedakannya. Berbahagialah kamu yang membawa damai. Ya, kebahagiaan dimulai dengan cinta damai. Bahagia dimulai dengan memberi maaf. Karena mengampuni itu PINTU perdamaian dan kebahagiaan. Tapi sayangnya, pintu itu kecil dan sempit tidak bisa dimasuki tanpa membungkuk alias rendah hati. Terimakasih sudah membaca, komen dan vote.

Salam konseling
@JuliantoPelikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com