Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membuang Uang demi Merokok

Kompas.com - 26/03/2013, 16:18 WIB
Ida Setyorini, Maria Susie Berindra A

Penulis

Harus diperhitungkan

Kebiasaan merokok mahasiswa biasanya dimulai sejak mereka berusia remaja, bahkan bisa terjadi sejak duduk di bangku SD. Harapannya, saat mereka menjadi mahasiswa, seiring kemampuan berpikir yang lebih dewasa, akan mampu mengurangi kebiasan merokok. Ternyata mereka tak kunjung berhenti merokok.

Psikolog Anna Surti Ariani, yang akrab disapa Nina, mengatakan, kebiasaan merokok bisa menjadi semakin bertambah saat masuk dunia perkuliahan. Apalagi sebagai mahasiswa mereka sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Jika mereka tidak mendapat uang saku dari orangtua, pasti berbagai cara mereka lakukan untuk mendapat rokok.

”Kalau sudah kuliah, sulit bagi orangtua membatasi uang saku untuk membeli rokok karena mereka sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Mereka juga bisa mencari uang saku sendiri,” kata Nina.

Untuk menghentikan kebiasaan merokok pada mahasiswa, menurut Nina, tidak bisa dengan cara yang sederhana. Seharusnya mahasiswa diajak berpikir untuk memperhitungkan berapa uang yang dibuang dalam sehari untuk membeli rokok, bukan hanya mengenai kenikmatan merokok.

”Misalnya, dalam sehari merokok satu bungkus butuh uang berapa, lalu berapa produktivitas yang dihasilkan. Kalau ada hasilnya, mereka pasti berani menjawab, misalnya dengan membuang uang Rp 30.000 bisa menghasilkan satu bab skripsi,” ujar Nina.

Nah, jika mahasiswa tidak menghasilkan apa-apa dengan banyaknya rokok yang diisap, Nina menganjurkan agar menghentikan kebiasaan merokok sekarang juga.

”Kalau mereka bilang merokok untuk menghilangkan stres, apakah benar? Apakah tidak ada stres tambahan yang dialami dengan merokok? Apakah tidak ada risiko kesehatan yang diderita? Banyak pertanyaan yang harus diajukan kepada mereka,” katanya.

Pengaruh lingkungan juga mempunyai peran besar bagi mahasiswa yang masih mempertahankan kebiasaan merokok. Mahasiswa mempunyai banyak waktu di kampus. Bukan hanya saat kuliah, mereka juga sering menghabiskan waktu untuk nongkrong di kantin atau lokasi lain di kampus.

”Di kampus, kami suka nongkrong di kantin kemudian kumpul bersama teman-teman yang merokok. Karena takut diledek, mereka pasti ikut merokok. Apalagi seusia mahasiswa masih membutuhkan dukungan teman-teman. Jadi, agak sulit bagi mereka menghentikan kebiasaan merokok,” kata Nina.

Seberapa kuat niat menghilangkan kebiasaan merokok, menurut Nina, bukan masalah pengetahuan mahasiswa tentang dampak merokok. Namun, harus didukung oleh orang-orang di sekitarnya. Seharusnya ada aturan tegas dari kampus untuk melarang merokok di area kampus.

Nah, mau berhenti merokok atau tidak kembali pada diri kita sendiri. Jika kita mempunyai rasa percaya diri tidak merokok, kenapa tidak mulai dari sekarang untuk berhenti. Tak perlu lagi kita membuang uang hanya karena ikut-ikutan merokok. (TIA/SIE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com