KOMPAS.com – Kasus resistensi antibiotik terus meningkat setiap tahunnya. Di Inggris, laporan atas kasus pasien yang memiliki bakteri resisten melonjak tajam dalam tujuh tahun terakhir.
Data yang bersumber dari hasil tes laboratorium menunjukkan, jumlah kasus strain bakteri pencernaan yang mampu merusak efek antibiotik meningkat. Jika pada tahun 2006 hanya ada 5 kasus, pada 2013 lalu menjadi 600 kasus.
Peningkatan kasus resistensi antibiotik mendesak penanggung jawab bidang kesehatan segera menerapkan rencana untuk mengendalikannya. Public Health England (PHE) telah meluncurkan toolkit bagi rumah sakit untuk mengendalikan resistensi antibiotik yang diberi nama Carbapenemase-producing Enterobacteriaceae (CPE). Nama yang sama juga diberikan bagi strain bakteri pencernaan yang tahan terhadap antibiotik carbapenem.
Menurut PHE, carbapenem adalah usaha terakhir untuk mengatasi infeksi saat antibiotik lain tak mampu melakukannya. Dalam kasus CPE, bila pengobatan masih bisa dilakukan dengan antibiotik lain, maka tindakan tersebut akan menjadi lebih sulit. Selama satu dekade terakhir, kasus CPE terus meningkat.
Sekitar dua pertiga fasilitas kesehatan di Inggris memiliki 1-20 pasien yang membawa atau terinfeksi CPE, selama lebih dari 5 tahun. Termasuk fasilitas kesehatan di Manchester yang memiliki lebih dari 100 pasien dengan CPE. “Untuk menekan jumlah kasus resistensi di seluruh Inggris, seluruh fasilitas kesehatan harus tahu adanya CPE,” kata direktur medik PHE, Paul Cosford.
Selain mengetahui adanya toolkit, fasilitas kesehatan juga harus mengembangkan rencana mendeteksi dan mengatur pasien yang terinfeksi CPE atau bakteri tahan antibiotik lainnya. Infeksi ini telah menimbulkan kekhawatiran karena kasusnya yang terus meningkat. Menurut Cosford, adanya toolkit menjadi kesempatan untuk bertindak cepat dalam mengobati dan mencegah penyebaran kasus, dengan menekan efek negatif yang ditimbulkan bakteri.
Hal senada dikatakan chief medical officer Inggris, Dame Sally, yang berpendapat resistensi antibiotik merupakan ancaman bagi kemampuan manusia mengatasi penyakit. Adanya toolkit diharapkan bisa membantu rumah sakit mendeteksi, mengatur, dan mengendalikan kasus resistensi. Sistem pemantauan resistensi penting untuk mengetahui dampak dari pemberian antibiotik.
Para ahli kesehatan sebelumnya memperingatkan bahaya besar resistensi antibiotik, dengan penggunaan terus menerus selama 20 tahun. Akibatnya, manusia kehilangan kemampuan memerangi infeksi.
Peringatan ini kembali ditegaskan Sally, yang menyatakan resistensi antibiotik merupakan ancaman nyata bagi pengobatan modern. Ancaman kian serius akibat penggunaan antibiotik yang digunakan untuk berbagai infeksi ringan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.