Ide ruangan terbuka sebenarnya dimaksudkan untuk membuat karyawan lebih produktif dan mudah bekerja sama dibanding dengan bekerja dalam ruangan yang terpisah-pisah tembok.
Namun, ternyata, sebagian besar karyawan merasa kurang puas dengan lingkungan kerja yang terdiri dari kubikel-kubikel. Banyak karyawan lebih suka berada dalam ruangan kerja yang privat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa bekerja di kantor bisa memengaruhi kesehatan dan kebahagiaan.
- Ruangan terbuka membuat tidak bahagia
Studi tahun 2011 yang menganalisis efek berbagai lingkungan kantor menemukan, ruangan terbuka justru membuat para karyawan sulit fokus. Tingkat produktivitas, kreativitas, dan kepuasan kerja juga lebih rendah. Para karyawan yang bekerja di ruangan terbuka juga merasa lebih stres dan kurang konsentrasi. Motivasi mereka juga lebih rendah dibanding dengan karyawan yang bekerja di ruang kerja standar. Hal ini mungkin disebabkan para karyawan di ruangan seperti itu lebih sering menerima gangguan.
- Stres memicu penyakit
Dalam sebuah survei yang diadakan oleh situs pencari kerja Monster.com menyebutkan, 42 persen karyawan di AS memilih untuk berhenti bekerja karena lingkungan kerja yang menyebabkan stres. Sebanyak 61 persen responden meyakini stres kerja merupakan penyebab mereka gampang sakit.
- Penyakit mudah menular
Interaksi antarkaryawan juga bisa memudahkan virus dan kuman cepat menyebar. Penelitian menunjukkan, karyawan di ruangan kantor terbuka memiliki hari izin sakit lebih banyak dibanding karyawan yang bekerja di ruangan privat. Kualitas sirkulasi udara yang buruk juga berpengaruh pada penyebaran penyakit. Udara di dalam ruangan terkadang bisa 100 kali lebih tercemar dibanding di luar ruangan.
- Gangguan suara berisik
Suara telepon, karyawan yang saling ngobrol, suara ketikan, dan orang yang hilir mudik adalah contoh gangguan yang biasa dialami karyawan di ruangan kantor terbuka. Gangguan kecil seperti itu ternyata berdampak besar pada konsentrasi dan produktivitas karyawan.
- Jarang bergerak
Para ahli kesehatan kini menyebut "banyak duduk sebagai merokok baru". Ini karena gaya hidup sedentari atau kurang bergerak sebagai pemicu penyakit-penyakit kronik yang mematikan. Orang yang terlalu banyak duduk diketahui lebih sering mengeluh sakit dan pegal, gangguan mata, sakit kepala, dan dalam jangka panjang berisiko sakit diabetes dan jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.