KOMPAS.com - Luka parut sering bikin pemiliknya jadi malu. Bentuk bekas luka bisa diminimalkan dengan perlakukan yang benar ketika luka masih baru. Bantu pemulihan luka dengan melancarkan peredaran darah dan oksigen ke kulit.
Ada beragam jenis luka parut. Luka parut karena operasi tentu beda dengan luka parut karena jerawat.
“Luka di bagian tubuh dengan lapisan otot di bawah kulit tebal seperti di punggung, dada, lengan dan kaki tentu beda dengan luka parut di kulit tipis seperti di kelopak mata,” kata David Bank, pendiri dan direktur The Center for Dermatology, Cosmetic and Laser Surgery, Mount Kisco, New York.
Faktor keturunan juga mempengaruhi bentuk luka parut. Orang dengan kulit gelap cenderung memiliki keloid. Bekas luka keloid ini tampak menonjol karena tubuh memproduksi jaringan parut terlalu banyak.
Ketika kulit terluka dan terbuka, tubuh melihat hal itu sebagai ancaman masuknya bakteri dan infeksi. Tubuh bereaksi dengan menutup bukaan luka itu secepat mungkin.
“Alam bereaksi secepat mungkin dan tak mempertimbangkan bentuk bekas luka itu bakal memalukan,” kata Bank. Kolagen kulit dalam situasi ini berproduksi lebih tebal dari kulit normal.
“Seiring perjalanan waktu, kolagen yang dikeluarkan untuk menutup luka itu diserap kembali oleh tubuh ketika risiko infeksi hilang. Keberadaannya digantikan oleh kolagen kulit yang lebih alami,” kata Banks. Namun selalu ada kelebihan kolagen yang diproduksi saat darurat di bekas luka. Itu sebabnya bekas luka tidak pernah kembali normal.
Perlakuan ketika luka terjadi mempengaruhi penampilan luka parut. “Ketika luka masih baru, keputusan menjahit atau tidak mempengaruhi bentuknya,” kata Bank. Semakin lebar luka, semakin cepat danbanyak kolagen yang dibutuhkan tubuh untuk menutup luka itu. Bentuk luka akan terlihat memalukan. Jahitan membantu menurunkan area yang harus ditutup oleh kolagen luka.
Tak kalah pentingnya dalam merawat luka adalah melindunginya dari sinar matahari. “Paparan sinar matahari membuat kulit menderita radang. Saat itu terjadi pembentukan radikal bebas dan segala jenis hal buruk yang didapat dari sinar ultraviolet. Peradangan akan mengganggu deposisi kolagen yang masih baru,” katanya.
Merokok juga mengganggu pemulihan luka. “Cara terbaik menyembuhkan luka adalah memberi pasokan darah dan oksigen. Rokok memperlambat dua hal tersebut,” imbuhnya.
Salep penghilang luka parut bisa digunakan untuk memperbaiki bentuk. Bank menyarankan produk yang membantu mengurangi formasi kolagen luka yang berlebihan. Oleskan salep itu dengan lembut dua kali sehari. Pengolesan dan pemijatan juga membantu kolagen yang baru dibentuk jadi lebih lembut dan mencegahnya menebal.
Bila terganggu dengan luka parut memalukan, laser mungkin jadi jawaban yang tepat. Carilah pengobatan laser ini di dokter spesialis kulit yang baik. Menurut Bank, bahkan dengan laser bekas luka mungkin tak akan hilang sama sekali. “Tetapi akan terlihat lebih baik,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.