Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 16/10/2014, 10:46 WIB
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com - Hepatitis C merupakan salah satu penyakit hepatitis yang paling sering dijumpai. Di Indonesia, diperkirakan 6 juta orang terinfeksi virus ini.

Virus hepatitis C mudah sekali menular, antara lain melalui kontak darah dan dari penggunaan jarum suntik yang tidak steril, alat tato, berganti pasangan seksual, serta pemakaian bersama alat-alat perawatan tubuh seperti silet cukur atau sikat gigi.

Meski demikian, orang yang tertular hepatitis C sering tidak menyadarinya karena penyakit ini pada tahap awal tidak menimbulkan gejala. Kondisi ini sebenarnya bisa berbahaya karena orang tersebut bisa menularkan penyakitnya ke orang lain.

"Sekitar 80 persen pasien yang berkonsultasi ke dokter sudah pada tahap lanjut. Padahal sekitar 5 persen dari hepatitis C kronis akan berkembang menjadi kanker hati," kata Prof.dr.Ali Sulaiman, sp.PD-KGEH, dalam diskusi panel di RS.MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta (15/10/14).

Walau mudah menular dan belum ada vaksinnya, sebenarnya hepatitis C bisa disembuhkan. “Jika dibandingkan dengan negara-negara Barat, Asia mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi. Berbeda dengan Hepatitis B yang hanya bisa ditekan virusnya tapi kalau Hepatitis C itu benar-benar disembuhkan,” kata Prof.Dr. Laurentius A. Lesmana, Sp.PD-KGEH, dalam acara yang sama.

Ia menjelaskan, keberhasilan terapi di Asia yang tinggi disebabkan karena faktor genom bawaan di masyarakat yang mempunyai tipe tertentu dibandingkan dengan di Barat.

Untuk mendeteksi apakah kita terinfeksi hepatitis C atau tidak, ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan. Pertama adalah pemeriksaan antibodi anti-HVC yang menunjukkan adanya virus hepatitis C. Jika hasil tes antibodi anti-HVC positif,  diperlukan tes lanjutan, yaitu tes HCV RNA untuk memastikan adanya infeksi VHC yang masih berlangsung.

Jika terdiagnosis infeksi hepatitis C, maka akan diberikan pengobatan anti-viral dengan tingkat kesembuhan antara 75-100 persen. “Sangat disayangkan jika kita masih menemukan kasus kanker hari karena penanganan medis yang terlambat,” imbuh Dr. Lesmana.   (Eva Erviana)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+