Itu membuat Indonesia menjadi negara dengan kejadian TB terbanyak kelima di dunia, di bawah India (2,1 juta), Tiongkok (980.000), Nigeria (590.000), dan Pakistan (500.000). Sementara itu, jumlah kematian akibat TB di Indonesia 64.000 jiwa pada 2013, atau turun 4,47 persen dari tahun 2012 sebesar 67.000 jiwa.
Menurut Dyah, untuk menurunkan lebih banyak kejadian TB, diperlukan pemeriksaan ganda. ”Penderita TB perlu menjalani skrining diabetes. Sebaliknya, penderita diabetes juga mendapat skrining TB,” katanya.
Erlina menambahkan, masyarakat juga harus lebih tanggap jika menemukan gejala TB pada diri ataupun orang di sekitar. Jika seseorang batuk lebih dari dua minggu, wajib memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit tanpa perlu menunggu hingga batuk darah.
Penderita diabetes yang positif TB disarankan menggunakan obat diabetes suntik insulin sambil menjalani pengobatan TB. ”Jangan obat diabetes oral. Jenis itu akan berinteraksi dengan rifampisin sehingga menurun efektivitasnya,” ujar Erlina.
Sementara itu, Koordinator Program Promosi Kualitas Obat Indonesia USAID Christopher Raymond menekankan pada kualitas obat TB, terutama obat dengan kombinasi dosis tetap (FDC). Tanpa dosis dan paduan tepat, obat FDC tidak akan menyembuhkan, tetapi justru dapat memicu MDR-TB. (JOG)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.